JAKARTA - Selena Gomez dilaporkan pernah menegur bos Facebook Mark Zuckerberg lewat email pribadi karena tidak berbuat lebih banyak untuk mengatasi ujaran kebencian di dalam platformnya.
Email pribadi Gomez yang dikirimkan untuk Facebook pada 2020 berhasil diungkapkan Wall Street Journal (WSJ) dalam dokumen internal perusahaan yang beberapa waktu lalu menjadi perbincangan hangat di dunia maya, sebagai bagian dari penyelidikan baru tentang bagaimana Facebook menggunakan AI untuk mendeteksi ujaran kebencian.
Semuanya dimulai pada tahun 2016 ketika Gomez mengunjungi kantor pusat Facebook di Menlo Park untuk merayakan menjadi akun yang paling banyak diikuti di Instagram. Tidak berselang dari itu, Gomez kemudian menghubungi bos Facebook Mark Zuckerberg dan COO Facebook Sheryl Sandberg setelah menerima tanggapan yang sangat penuh kebencian pada sebuah unggahannya di Instagram.
Dilansir dari Mashable, Senin, 18 Oktober, menanggapi hal tersebut, Sandberg mengklaim bahwa AI Facebook telah mendeteksi 91 persen postingan yang melanggar aturan tentang ujaran kebencian. Itu tidak cukup bagi Gomez yang merespons dengan tegas.
Bahkan, dalam email 10 Oktober 2020, Gomez menulis, “Anda bahkan menolak untuk menyebutkan, apalagi membahas, masalah yang dimiliki Facebook dengan supremasi kulit putih dan fanatik.” Gomez juga merujuk grup Facebook yang, "penuh dengan kebencian dan kebohongan yang dapat menyebabkan orang terluka atau, lebih buruk lagi, terbunuh," ujar Gomez.
BACA JUGA:
Gomez tampaknya menyampaikan kekhawatirannya ke email setelah DM pribadinya ke Zuckerberg dan Sandberg tidak direspon. Di mana DM itu berisi bahwa ada masalah serius di Facebook, serta menurut Gomez platform itu digunakan untuk menyebarkan kebencian, informasi yang salah, rasisme, dan kefanatikan.
"Saya meminta Anda berdua untuk MEMBANTU MENGHENTIKAN INI," tegas Gomez.
Dokumen-dokumen yang mengungkapkan upaya Gomez untuk mengkritik Facebook tersebut dirilis sebagai bagian dari sebuah berita oleh WSJ, yang menggambarkan bagaimana Facebook menggunakan AI untuk mendeteksi ujaran kebencian, meskipun AI-nya tidak berguna.
Menurut WSJ, media sosial tersebut mengurangi pekerja manusia untuk mendeteksi ujaran kebencian dan menjadi lebih bergantung pada AI dua tahun lalu. Tetapi AI perusahaan mengalami kesulitan untuk secara konsisten mengidentifikasi perbedaan antara video seperti penembakan orang pertama, tabrakan mobil, dan sabung ayam.