Pentingnya Transformasi Digital Bagi 22,5 Juta Orang Penyandang Disabilitas di Wilayah 3T
Kepala Divisi Perencanaan Strategis BAKTI Kominfo, Yulis Widyo Marfiah dalam webinar "Melepas Batas Para Disabilitas di Daerah 3T". (foto: tangkapan layar)

Bagikan:

JAKARTA – Pada  era digital ini komunikasi merupakan faktor penting, terutama untuk menjangkau penyandang disabilitas. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) melalui BAKTI Kominfo berupaya untuk mewujudkan keberhasilan transformasi digital tersebut.

Lewat Pelatihan dan Kompetisi TIK, BAKTI Kominfo bertujuan untuk meningkatkan akses, literasi, dan kompetensi disabilitas dalam bidang TIK. Khususnya bagi penyandang disabilitas di wilayah 3 T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal).

"Kita bikin banyak pelatihan seperti di sektor pariwisata, sektor pendidikan dan sektor pabrik. Ini support untuk ekosistem digital ya. Semua harus terhubung broadband di wilayah 3T, maupun di wilayah yang memang komersial yang sudah dibangun oleh teman-teman operator. Tetapi selain dari sisi transformasi digital, kita juga perlu perhatikan SDM-nya," ungkap Kepala Divisi Perencanaan Strategis BAKTI Kominfo, Yulis Widyo Marfiah dalam webinar "Melepas Batas Para Disabilitas di Daerah 3T", Rabu, 6 Oktober.

Yulis menyadari, bahwa inklusi digital di seluruh lapisan masyarakat itu merupakan faktor terpenting untuk mencapai transformasi digital sepenuhnya pada 2024, dengan tak terlupakan khususnya bagi para penyandang disabilitas.

"Penyandang disabilitas ini juga sebagai pendukung utama. Karena kami di sini melihat juga jumlah penduduk disabilitas di Indonesia berdasarkan data berjalan dari BPS (2020) adalah 22,5 juta orang," ujar Yulis.

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018 mengungkapkan bahwa akses informasi penyandang disabilitas dalam penggunaan ponsel atau laptop hanya 34,89 persen, sedangkan untuk non-disabilitas sebesar 81,61 persen.

"Demikian pula pemanfaatan internet penyandang disabilitas yang hanya menjangkau 8,50 persen, aksesibilitas tersebut berada jauh dibandingkan non-disabilitas yakni 45,46 persen," jelas Yulis.

Di samping itu, hal ini juga sejalan dengan pernyataan Menteri Kominfo, Johnny G Plate yang menyatakan masih terdapat ruang yang luas untuk memastikan akses digital yang adil dan setara bagi para kaum diffable.

"Kegiatan kita bisa meningkatkan akses berinteraksi dan kompetensi teman-teman disabilitas dalam bidang TIK. Ini sudah dilakukan dari 2007 sampai 2008 dan 2020, untuk 2021 ini kita lagi usahakan ya, karena masih terbatas anggaran," kata Yulis.

"Memang menteri kami saat ini fokus dulu untuk membangun infrastruktur telekomunikasinya di seluruh daerah 3T, baik itu BTS dan akses internetnya," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua ParaDifa sekaligus penyandang disabilitas Echi Pramitasari mengungkapkan bahwa pelatihan yang difasilitasi BAKTI Kominfo secara daring ini sangat berpengaruh terhadap tingkat partisipasi peserta khususnya yang berada di Daerah 3T.

"Meskipun kendala terkait jaringan masih ada, namun berdasarkan pelaksanaan tahun 2020, dari 256 peserta hanya 15 orang yang membutuhkan asistensi khusus," tutur Echi.

"Ini membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur jaringan internet yang telah dan terus dilakukan BAKTI Kominfo sudah menjangkau kawan-kawan disabilitas hingga ke pelosok Indonesia" tambahnya.

Sementara itu ke depannya, para disabilitas ini dikatakan Yulis tidak hanya sebatas mengikuti pelatihan dan kompetisi, sebab BAKTI Kominfo ke depannya berencana untuk menyalurkan para disabilitas supaya mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

"Selain kompetisi ini, kita juga memikirkan   untuk menyalurkan mereka akan bekerja di mana, yang sesuai dengan kemampuan teman-teman disabilitas. Ini akan menjadi fokus ke depannya untuk kami," tutup Yulis.