Bagikan:

JAKARTA - Setelah sempat mengalami gangguan selama enam jam, Senin 4 Oktober malam,  Facebook, Instagram, dan WhatsApp akhirnya terhubung kembali ke jaringan. Gangguan sempat muncul sekitar pukul 23.15 WIB di Indonesia, yang melumpuhkan platform media sosial terbesar itu.

Lumpuhnya Facebook dan aplikasi WhatsApp dan Instagram ini menurut kelompok pemantau situs web Downdetector sebagai kegagalan terbesar yang pernah terjadi. Kemudian Sekitar pukul 4:44 WIB, beberapa pengguna mulai mendapatkan kembali akses sebagian ke tiga aplikasi.

Pemadaman itu adalah pukulan kedua bagi raksasa media sosial itu dalam beberapa hari setelah seorang pelapor pada Minggu 3 September menuduh perusahaan itu berulang kali memprioritaskan keuntungan daripada menekan ujaran kebencian dan informasi yang salah.

"Untuk setiap bisnis kecil dan besar, keluarga, dan individu yang bergantung pada kami, saya minta maaf," cuit Chief Technology Officer Facebook Mike Schroepfer. Ia menambahkan bahwa "mungkin perlu waktu untuk mencapai 100%."

Akibat pemadaman itu Facebook, yang memiliki hampir 2 miliar pengguna aktif harian, sahamnya mengalami turun 4,9% pada Senin, 4 Oktober. Ini menjadi penurunan harian terbesar sejak November 2020, di tengah aksi jual yang lebih luas dalam saham teknologi. Saham Facebook, naik sekitar setengah persen dalam perdagangan setelah jam kerja dan setelah dimulainya kembali layanan platform media sosial itu.

Pakar keamanan siber mengatakan gangguan itu bisa jadi merupakan akibat dari kesalahan internal, meskipun sabotase oleh orang dalam secara teoritis mungkin bisa terjadi.

"Facebook pada dasarnya seperti mengunci dan kuncinya di dalam mobilnya," cuit Jonathan Zittrain, direktur Harvard's Berkman Klein Center for Internet & Society, seperti dikutip Reuters.

Segera setelah pemadaman dimulai, Facebook mengakui pengguna mengalami kesulitan mengakses aplikasinya tetapi tidak memberikan secara spesifik tentang sifat masalahnya atau mengatakan berapa banyak pengguna yang terpengaruh oleh pemadaman tersebut.

Pesan kesalahan di halaman web Facebook menunjukkan kesalahan dalam Sistem Nama Domain (DNS), yang memungkinkan alamat web membawa pengguna ke tujuan mereka. Pemadaman serupa sempat terjadi di perusahaan cloud Akamai Technologies Inc , yang menghapus beberapa situs web pada bulan Juli.

Beberapa karyawan Facebook yang menolak disebutkan namanya mengatakan bahwa mereka percaya bahwa pemadaman itu disebabkan oleh kesalahan perutean internal ke domain internet yang diperparah oleh kegagalan alat komunikasi internal dan sumber daya lain yang bergantung pada domain yang sama untuk bekerja.

Menurut perkiraan dari perusahaan pengukuran iklan Standard Media Index, Facebook, yang menjadi platform periklanan digital terbesar kedua di dunia, diperkirakan kehilangan sekitar 545.000 dolar AS Rp7,7 miliar) per jam selama pemadaman di Amerika Serikat saja. Total hampir 3,27 juta dolar AS (Rp46 miliar), kehilangan pemasukan iklan  selama pemadaman tersebut.

Sementara itu ada Minggu, 4 Oktober, Frances Haugen, yang bekerja sebagai manajer produk di tim misinformasi sipil di Facebook, akan menjadi saksi kunci dalam sidang Senat AS atas tuduhan Facebook yang selama ini “sembrono” dan membahayakan penggunanya. Haugen mengungkapkan bahwa dia adalah pelapor (whistleblower) yang memberikan dokumen yang mendukung penyelidikan Wall Street Journal dan sidang Senat tentang bahaya Instagram terhadap gadis remaja.

Haugen akan mendesak Kongres A.S. pada Selasa 5 Oktober untuk mengatur perusahaan. Menurut kesaksian yang disiapkan dan yang telah dilihat oleh Reuters, Haugen meminta agar facebook disamakan dengan perusahaan tembakau yang selama beberapa dekade menyangkal bahwa merokok merusak kesehatan.