JAKARTA - Kredivo dikabarkan telah melebarkan sayapnya di Vietnam, melalui joint venture dengan Phoenix Holding, perusahaan investasi keluarga. Langkah ini dilakukan Kredivo setelah mengumumkan rencana menjadi perusahan publik beberapa waktu lalu.
Entitas Vietnam tersebut, Kredivo Vietnam Joint Stock Company, berencana akan mengoperasikan PayLater serta jaringan luas dan pengetahuan lokal yang dimiliki Phoenix Holding.
“Peluncuran Kredivo di Vietnam sebagai pangsa pasar pertama di luar Indonesia merupakan pencapaian dalam tahun ini. Vietnam merupakan pilihan yang logis mengingat penetrasi kartu kredit yang rendah di negara tersebut dan kelas menengah yang berkembang pesat, pasar e-commerce yang berkembang pesat dan kesamaan pola demografi dan konsumsi dengan Indonesia," ungkap Chief Operating Officer Kredivo, Valery Crottaz dalam keterangan yang diterima VOI, Jumat, 26 Agustus.
Sementara itu, CEO Phoenix Holdings, Nguyen Lan Trung Anh, mengatakan dengan generasi emas yang mobile dan digital native di Vietnam, kedua perusahaan akan memenuhi kebutuhan konsumen dengan PayLater, di mana layanan kredit yang ada saat ini memiliki hambatan yang terlalu besar.
"Seperti di pasar lain, kami percaya PayLater akan membuka dan mengkatalisasi tahap pertumbuhan penting lainnya dari ekonomi Vietnam," ujar Trung Anh.
BACA JUGA:
Nantinya, Kredivo akan menggandeng VietCredit Joint Stock Company, perusahaan pembiayaan, untuk mengoperasikan bisnis PayLater Kredivo di Vietnam.
Beberapa layanan akan diluncurkan secara bertahap, dimulai dengan pembayaran tagihan untuk kebutuhan sehari-hari dan pinjaman pribadi, dilanjutkan dengan fitur PayLater di e-commerce pada kuartal keempat 2021 nanti.
Data terakhir menunjukkan, Vietnam merupakan salah satu negara dengan penetrasi kartu kredit terendah di Asia Tenggara selain Indonesia dan Filipina, dengan hanya 4,1 persen pengguna dari populasi yang memiliki kartu kredit.
Selain itu, kesenjangan kredit dan kurangnya pengetahuan tentang pembayaran digital menjadi tantangan tersendiri di negara tersebut dan mengakibatkan mayoritas transaksi masih dilakukan secara tunai.