OnlyFans Pilih Layanan Perbankan Ketimbang Pekerja Seks yang Harumkan Namanya
OnlyFans telah tertekuk di bawah tekanan dari perusahaan seperti Mastercard dan Visa. (foto: Simona Todovora / Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Belakangan dunia maya dikejutkan dengan keputusan OnlyFans yang akan melarang penggunanya mengunggah konten dewasa. Kebijakan ini mulai diberlakukan pada 1 Oktober mendatang.

Hal ini jelas bukan tanpa alasan, OnlyFans menyatakan mereka hanya mematuhi permintaan mitra perbankan (platform) dan penyedia pembayaran, karena berusaha untuk menarik investor luar.

Itu artinya, OnlyFans telah tertekuk di bawah tekanan dari perusahaan seperti Mastercard dan Visa, yang tahun lalu menerapkan persyaratan lebih ketat untuk bank yang memproses pembayaran pada situs tempat konten dewasa dijual.

Menurut aturan terbaru, bank harus memastikan bahwa penjual konten telah memberikan dokumentasi tentang usia mereka dan memperoleh persetujuan dari siapa pun yang muncul di unggahan mereka. Meskipun proses verifikasi ini sudah menjadi standar untuk OnlyFans, tetapi tanggung jawab tampak besar bagi perusahaan yang telah menjadi target lama perang konservatif terhadap pornografi internet dan pekerjaan seks.

“Lembaga perbankan sangat konservatif, lebih dari budaya umum dan mereka menghindari risiko. Apa yang mereka lakukan adalah versi sensor yang lebih lembut. Itu tidak datang dari pemerintah, itu terjadi di tingkat kartu kredit. Mereka menetapkan persyaratannya," ungkap Mike Stabile, direktur urusan publik di Free Speech Coalition, sebuah kelompok advokasi untuk pekerja di industri dewasa.

Pengaruh bank dan perusahaan kartu kredit terhadap konten dewasa memang berjalan lambat tetapi pasti, selama bertahun-tahun. PayPal, Chase, dan Mastercard telah menutup pekerja seks selama lebih dari satu dekade dan hanya terus membuat kebijakan mereka lebih ketat.

Pada 2014, jurnalis Salon.com, Melissa Gira Grant melaporkan layanan pembayaran WePay yang pada saat itu memblokir pekerja seks untuk menggunakan layanannya, bahkan ketika mereka tidak menggunakannya untuk pekerjaan seks. Berakhir dengan platform yang melarang konten seksual, mengusir pekerja seks dari situs dan memaksa mereka ke dalam situasi yang tidak aman. Di mana selama pandemi berlangsung pekerja seks melakukan tatap muka dengan risiko tertularnya COVID-19.

Model sekaligus anggota dewan dari kelompok advokasi Buruh & Artis Industri Dewasa, Mary Moody menyebut langkah itu sebagai bencana hak pekerja dan hak asasi manusia.

“Ketika Anda mengambil pangsa pasar yang besar dari industri dewasa seperti PornHub atau OnlyFans, tiba-tiba mereka tidak memiliki cara untuk berinteraksi dengan penggemar, tidak ada cara untuk menjual atau memasarkan konten mereka," ujar Moody.

"Jadi yang terjadi adalah segelintir orang yang memiliki hak istimewa dapat bergerak dan beradaptasi, sementara lebih banyak pekerja yang terpinggirkan, yang mungkin telah bekerja di pekerjaan seks jalanan yang lebih berisiko sebelum OnlyFans didorong offline, dan turun ke jalan," imbuhnya.

Meski demikian, kebijakan baru OnlyFans belum terlihat arah tujuannya, sedangkan PornHub telah mengubah standar komunitasnya tahun lalu, situs tersebut memperluas tim moderasi kontennya dan melarang pengguna yang belum diverifikasi mengunggah konten baru.

Walaupun ini merupakan perubahan yang signifikan bagi situs dan pembuat konten yang menggunakannya, perubahan tersebut tidak serta-merta mengubah sifat dasar platform, PornHub masih merupakan situs porno.

Begitupun dengan FanCentro, tetap lebih setia kepada pekerja seks dari waktu ke waktu, dengan lebih siap merangkul identitas mereka sebagai situs web untuk konten dewasa. Ketika FanCentro diluncurkan pada 2017, para pendirinya membangun layanan pembayarannya sendiri untuk meringankan beberapa komplikasi yang dapat muncul saat mengontrak layanan seperti PayPal.

Sejak pengumuman kebijakan baru OnlyFans, para pengguna platform tersebut kemudian bermigrasi ke FanCentro. Padahal sebelumnya rata-rata FanCentro hanya memiliki pendaftar kurang dari 70 per hari, selama beberapa hari terakhir jumlah itu melonjak menjadi 5.000.

Namun, meski FanCentro mungkin lebih ramah terhadap pekerja seks di platform mereka, itu tidak kebal terhadap kebijakan Mastercard dan Visa, karena pengguna masih akan membayar konten menggunakan perusahaan kartu kredit tersebut. Demikian dihimpun dari The Verge, Selasa, 24 Agustus.