OnlyFans Digugat karena Menyuruh Media Sosial Blokir Konten dari Pesaingnya
OnlyFans, hadapi tuntutan hukum karena blokir pesaingnya di Facebook. (foto: dok. OnlyFans)

Bagikan:

JAKARTA - OnlyFans dituduh dalam sepasang tuntutan hukum dengan tuduhan menyabotase akun Facebook kreator dewasa yang bekerja untuk layanan saingan dengan menempatkan konten mereka di basis data terorisme.

FanCentro, yang menawarkan platform serupa dengan OnlyFans, berada di balik salah satu tuntutan hukum, sementara yang lainnya adalah gugatan class action yang dibuat atas nama tiga kreator dewasa. Baik Facebook dan OnlyFans disebut sebagai terdakwa dalam pengaduan terakhir.

Gugatan tersebut menuduh bahwa OnlyFans menginstruksikan Facebook untuk menandai konten dari kreator dewasa yang mempromosikan platform saingan, sehingga akan ditambahkan ke database Global Internet Forum to Counter Terrorism (GIFCT).

Daftar GIFCT didirikan oleh Facebook, Microsoft, Twitter, dan YouTube dengan tujuan mencegah teroris serta ekstremis kekerasan mengeksploitasi platform digital.

Melansir Engadget, Jumat, 25 Februari, FanCentro mengatakan ini mengakibatkan beberapa konten kreator melihat akun media sosial mereka, terutama yang berasal dari Instagram, ditutup atau diblokir. Karena akun ini memiliki tautan ke dan mempromosikan FanCentro, lalu lintas ke situs tersebut menurun.

Perusahaan juga mengklaim setiap konten kreator yang mempromosikan profil OnlyFans mereka tidak ditargetkan. Selain itu, diduga bahwa satu atau lebih karyawan dari Facebook mungkin telah disuap untuk memfasilitasi skema oleh perwakilan OnlyFans.

Menanggapi hal ini, OnlyFans mengatakan kepada BBC Internasional bahwa klaim hukum itu tidak berdasar, dan perusahaan induk Facebook, Meta  juga menyatakan hal serupa.

"Tuduhan ini tidak berdasar dan kami akan menanganinya dalam konteks litigasi sesuai kebutuhan," ujar Meta.

FanCentro berencana untuk memanggil lebih banyak perusahaan, termasuk perusahaan media sosial lainnya, untuk mendapatkan bukti lebih akurat.

OnlyFans terkenal karena sebagai wadah pornografi, tetapi kembali pada Agustus tahun lalu, perusahaan mengatakan akan melarang perilaku seksual eksplisit atas permintaan mitra perbankan dan penyedia pembayaran, tapi kemudian batal setelah menerima jaminan aman yang diperlukan untuk mendukung kreator dewasanya.

Namun, langkah tersebut mengguncang kepercayaan beberapa pekerja seks dan kreator OnlyFans lainnya, karena larangan potensial mengancam sumber utama pendapatan mereka. Beberapa kemungkinan memutuskan untuk pindah ke situs saingan, yang sekarang menghadapi larangan di media sosial.