Bagikan:

JAKARTA - Twitter baru saja mengumumkan sebuah tantangan bagi komunitas hacker yang ingin berbuat kebaikan. Perusahaan bermaksud untuk memberantas rasisme dalam platform-nya.

Sebagai bagian dari konferensi hacker DEF CON yang mulai digelar pada 5 Agustus mendatang, Twitter mengatakan tantangan ini kepada komunitas hacker atau coding untuk membantu perusahaan membuat algoritme yang dapat membasmi foto rasis.

Sebagai contoh, Twitter mengunggah foto yang bentuknya lebih besar atau berbeda dari proporsi thumbnail, algoritme Twitter memilih bagian gambar mana yang akan ditampilkan di pratinjau tweet.

Calling all bounty hunters - it’s officially go time! We’ve just released the full details of our algorithmic bias bounty challenge which is open through August 6. For more details on the challenge, head over to our blog 👇 https://t.co/foXUdMGwRc

— Twitter Engineering (@TwitterEng) July 30, 2021

Pada September 2020, pengguna Twitter menunjukkan bahwa algoritme ini tampak lebih menonjol dengan menunjukkan wajah putih daripada wajah hitam ketika ada gambar yang berisi keduanya. Beberapa menggambarkan ini sebagai contoh bias algoritmik, yaitu ketika rasisme sengaja atau tidak sengaja dimasukkan ke dalam keputusan yang dibuat komputer.

Sebagai tanggapan, Twitter membagikan cara kerja algoritme, dan mengatakan akan menyelidiki masalah tersebut. Tetapi program bounty bias algoritmik membutuhkan upaya untuk memecahkan masalah ini. Bug bounty sering berfokus untuk menemukan potensi pelanggaran keamanan, dan organisasi membayar pemburu bug bounty untuk memperingatkan mereka tentang masalah tersebut.

Program bounty kali ini khusus untuk tantangan photo cropping. Namun Twitter menggambarkannya sebagai "tantangan bounty bias algoritmik pertama di Twitter."

Nantinya, perusahaan akan menghadiahkan 3.500 dolar AS atau setara Rp50 jutaan kepada pemenang pertama yang dapat mengidentifikasi penyebab bias yang nyata ini, ditambah 1.000 dolar AS atau Rp14 jutaan masing-masing untuk pemenang kedua yang paling inovatif dan paling digeneralisasikan, sedangkan di tempat ketiga akan mendapatkan 500 dolar AS atau setara Rp7 jutaan.

"Kami ingin mengambil pekerjaan ini selangkah lebih maju dengan mengundang dan memberi insentif kepada komunitas untuk membantu mengidentifikasi potensi bahaya dari algoritme ini di luar apa yang kami identifikasi sendiri. Dengan tantangan ini kami bertujuan untuk menetapkan preseden di Twitter, dan di industri, untuk identifikasi proaktif dan kolektif dari bahaya algoritmik," ungkap Twitter dalam blog resminya yang VOI kutip dari Mashable, Minggu 1 Agustus.