Bagikan:

JAKARTA - Committee to Protect Journalists (CPJ) baru-baru ini mewawancarai sejumlah wartawan di Botswana terkait dengan adanya upaya mengurangi kebebasan pers di negara itu. Hal itu dilakukan pihak keamanan negara tersebut dengan menahan dan membongkar ponsel atau komputer para wartawan. 

Ini dialami oleh Tsaone Basimanebotlhe. Wartawan Botswana ini mengaku diperiksa agen keamanan di rumahnya di luar Gaborone, ibukota Botswana, pada Juli 2019.  Hanya saja polisi tidak datang untuk menangkap atau menuntutnya. Namun mereka datang untuk mengambil perangkatnya, mencari sumber artikel yang diterbitkan di surat kabar Mmegi.

Basimanebotlhe, reporter politik, akhirnya menyerahkan telepon dan kata sandinya kepada agen setelah mereka menyerahkan surat perintah. Namun mereka tidak dapat menemukan komputernya. Seorang perwira senior kemudian menggunakan teknologi yang dijual oleh perusahaan Cellebrite yang berbasis di Israel untuk mengekstrak dan menganalisis ribuan pesan, log panggilan, dan emailnya. Bahkan riwayat penelusuran webnya. Ini diketahui dari laboratorium forensik polisi.

Wartawan diburu oleh agen keamanan terkait kasus bocornya nama-nama agen pemerintah Botswana. "Mereka mencari orang-orang yang membocorkan informasi ke media," kata Basimanebotlhe kepada CPJ.

CPJ juga melaporkan, Polisi Botswana juga menggunakan teknologi Cellebrite untuk mencari telepon Oratile Dikologang. Ia adalah editor lokal yang didakwa pada tahun 2020 atas postingan Facebook yang menuduh polisi menginterogasinya dengan kejam.

Penggunaan alat canggih yang disediakan oleh perusahaan swasta untuk menjelajahi perangkat yang disita saat ini menimbulkan kekhawatiran yang signifikan atas privasi dan kebebasan pers. Pengalaman Basimanebotlhe dan Dikologang menunjukkan bahwa polisi di Botswana menggunakan peralatan forensik digital untuk menyapu sejumlah besar komunikasi jurnalis dari perangkat yang disita, terlepas dari apakah mereka didakwa melakukan kejahatan.

Pasukan keamanan Botswana secara rutin menangkap wartawan dan mengambil alih perangkat para wartawan. Pada bulan Maret, polisi Botswana menyita komputer dan telepon dari wartawan dan pekerja media yang ditangkap dengan Moeladilotlhoko News Boiler, sebuah outlet swasta berbasis Facebook. 

David Baaitse, seorang reporter untuk surat kabar Weekend Post Botswana, secara terpisah mengatakan kepada CPJ bahwa agen intelijen mengambil telepon miliknya dan rekannya untuk dianalisis selama enam bulan setelah penangkapan mereka tahun lalu.

“Jika Anda mengambil ponsel saya dan pergi dan menganalisisnya, Anda memiliki folder saya dan semuanya, semua kontak saya,” kata Baaitse kepada CPJ dalam sebuah wawancara baru-baru ini. 

Dia menambahkan bahwa tindakan seperti itu oleh pasukan keamanan menghalangi kemampuan jurnalis untuk mengumpulkan informasi. “Sumber, mereka tidak lagi mempercayai kami. Mereka tidak lagi ingin berurusan langsung dengan kita,” kata Baaitse. 

“Mereka bilang tidak menemukan apapun di telepon saya. Mereka masuk melalui SMS saya, WhatsApp saya,” kata Basimaonebotlhe kepada CPJ.

Dalam kasus ini, betapa keamanan digital kini sudah sangat rentan dalam melindungi privasi seseorang, terutama wartawan. Teknologi juga telah mengeksploitasi pekerjaan wartawan sehingga tak ada lagi kebebasan wartawan untuk bisa melindungi sumbernya. Jangan heran jika ke depan akan banyak sumber yang berusaha menjawab “no comment” kepada  wartawan, karena ketakutan terhadap teknologi yang bisa menelanjangi mereka.