Meksiko Jadi Negara Paling Bahaya bagi Jurnalis, Ratusan Pewarta Tewas Sejak Tahun 2000
Ilustrasi (Unsplash/Matt Chesin)

Bagikan:

JAKARTA - Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mencatat setidaknya ada 119 jurnalis dilaporkan telah dibunuh di Meksiko. Sedangkan di 2020, tercatat ada 30 jurnalis tewas saat bertugas. 

Dari 30 jurnalis yang tewas 21 di antaranya disebabkan karena menjadi korban balas dendam. Melansir Channel News Asia, hari ini 23 Desember, saat ini CPJ masih menyelidiki kematian 15 jurnalis. Upaya itu dilakukan untuk mengetahui motif pembunuhan para jurnalis. 

"Fakta bahwa pembunuhan sedang meningkat dan jumlah jurnalis yang dipenjara di seluruh dunia mencapai rekor. Ini adalah pertunjukan yang jelas bahwa kebebasan pers berada di bawah serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di tengah pandemi global, di mana informasi sangat penting," kata Direktur Eksekutif CPJ, Joel Simon.

"Mengerikan bahwa pembunuhan jurnalis meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun lalu, dan eskalasi ini merupakan kegagalan komunitas internasional untuk menghadapi momok impunitas," ujar Simon.

Pada 2017 salah seorang jurnalis bernama Miroslava Breach dibunuh secara brutal di negara bagian Chihuahua, Meksiko. Ia dibunuh karena memberitakan anggota geng lokal dan hubungan mereka dengan politisi.

Pada pekan ini, mantan Gubernur Chihuahua, Hugo Amed Schulz ditangkap karena bekerja sama dalam pembunuhan Miroslova.

Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah kematian jurnalis memang menurun ke tingkat terendah sejak 2000. Hal itu tak lain karena berlakunya pembatasan perjalanan terkait pandemi COVID-19. Namun tetap saja, masalah itu tak dapat dibiarkan begitu saja.