Bagikan:

JAKARTA - Aksi penolakan reformasi pertanian di India telah menewaskan 30 korban jiwa. Meski begitu gelora penolakan tak kunjung padam. Puluhan ribu petani India telah bersumpah terus melanjutkan aksi duduk sepanjang waktu dalam cuaca dingin sekalipun mengancam nyawa mereka.

Melansir Reuters, Selasa, 22 Desember, para petani dari negara bagian Punjab, Haryana, dan Uttar Pradest telah berkemah sealam berminggu-minggu. Mereka mereka melakukan aksi itu untuk menuntut pencabutan reformasi pertanian. Alhasil, di tengah cuaca dingin sekalipun –-suhu mencapai 2-3 derajat Celcius— mereka tak juga mundur.

Dalam kelompok aksi itu terdapat sejumlah besar orang tua. Para orang tua telah bersumpah tetap pada posisi walau kematian karena dinginnya cuaca mengancam mereka. Upaya itu dilakukan agar Perdana Menteri (PM), Nerendra Modi lebih peduli kepada nasib petani sehingga mencabut reformasi pertanian.

“Sangat sulit untuk berkemah dalam cuaca seperti ini, tapi kami tidak takut,” kata Balbir Singh, seorang ahli usia subur dari Distrik Patiala di Punjab. “Kami tidak akan kembali sampai tuntutan kami dipenuhi. Bahkan jika kami harus mati di sini, kami akan melakukannya."

Sejak akhir November, aksi menolak reformasi pertanian telah menewaskan 30 orang. Sebagian besar dari mereka yang meninggal karena cuaca dingin. Sedangkan, sepuluh di antara korban tewas meninggal karena kecelakaan di dekat lokasi protes.

"Kami tidak ingin lebih banyak orang mati dalam protes ini, dan saya berharap Modi dan pemerintahnya segera mencabut undang-undang tersebut," kata salah seorang petani, Paagh Singh. "Ini adalah demokrasi, dan dia (Modi) harus mendengarkan kami."

Saat suhu dingin melanda salah satu lokasi protes utama kemudian berubah menjadi lautan tenda kecil dan troli traktor yang dilapisi terpal. Namun, beberapa demonstran harus bermalam dengan tidur di udara terbuka sebagai bentuk protes.

“Saya tidak peduli betapa dinginnya cuaca,” kata kaum tani, Surminder Singh. "Saya tidak takut dingin atau Modi. Perjuangan kami akan berlanjut sampai hukum dicabut."

Sebelumnya, puluhan ribu petani di India turun ke jalan memprotes tiga Undang-Undang (UU) yang dianggap mereka merugikan sejak akhir November. Butir-butir UU yang ditakutkan, yakni membuat pemerintah berhenti membeli gandung dan beras dari warga India dengan harga terjamin.

Alhasil, petani menjadi bergantung pada belas kasihan pengusaha swasta yang sering kali menawarkan harga tak layak.