Bagikan:

JAKARTA - Di tengah pandemi yang masih mengganas, serta teori konspirasi yang masih menyebar liar, tak terkontrol, masyarakat tentunya sudah paham benar betapa vaksin mampu membantu tubuh dalam pembentukan sel antibodi. 

Harapannya, sel antibodi yang terbentuk dari vaksin COVID-19 mampu membantu masyarakat dalam menghadapi potensi infeksi. Tapi, tentu saja, tidak ada jaminan 100 persen dari vaksin. Pula, tidak ada imunitas total. 

Apalagi, virus COVID-19 terus bermutasi. Menjadi sejumlah varian, yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda –dengan tingkat penyebaran yang berbeda pula. Bahkan, menurut temuan lembaga kesehatan, mutasi varian Delta memiliki kemampuan penyebaran yang lebih cepat ketimbang lainnya.

Hanya saja, terdapat perbedaan antara mereka yang sudah divaksin maupun yang belum. Umumnya, orang yang sudah divaksin hanya mengalami gejala ringan dari serangan virus ini. Pula, kemungkinan untuk menghadapi gejala yang mengancam nyawa begitu kecil ketimbang mereka yang belum divaksin.

Ditambah, berdasar temuan terbaru profesor dari Divisi Penyakit Menular di Pusat Kesehatan Vanderbilt University, mereka yang belum divaksin berpotensi membuat varian baru virus corona. 

“Semakin banyak orang yang belum divaksin, semakin besar pula kesempatan bagi virus untuk memperbanyak diri,” terang William Schaffner dilansir dari CNN, Rabu, 14 Juli.

Terlebih, jika menilik pola dari infeksi COVID-19, mereka yang belum divaksin lebih rentan terhadap serangan virus ini. Memang, kasus yang dialami setiap orang bisa berbeda. Tapi, pemahaman tersebut sudah jadi wawasan umum terkait bagaimana infeksi virus corona bekerja.

Selain itu, saat virus menginfeksi lebih banyak orang, virus juga memiliki lebih banyak potensi untuk memperbanyak diri serta bermutasi. Beberapa mutasi bahkan bisa membuat virus jadi lebih. Tapi, apa yang lebih ditakutkan oleh para ahli dan otoritas kesehatan di seluruh dunia adalah kemunculan mutasi yang lebih kuat.

Keuntungan dari sisi virus ini termasuk membuat gejala yang lebih parah serta penyebaran yang lebih tinggi. Sehingga, akhirnya, varian mutan pun bakal berevolusi dan terus berkembang. Sehingga, nantinya jadi imun terhadap vaksin yang sudah ada.

“Setiap kali virus berubah, maka memberi virus platform untuk menambah lebih banyak mutasi,” ungkap Andrew Pekosz, mikrobiologis dan immunologis dari John Hopkins Bloomberg School of Public Health.