Bagikan:

JAKARTA – Di tengah meroketnya kasus COVID-19 di Indonesia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa orang yang sudah divaksin masih bisa terpapar COVID-19 varian delta. Meski demikian, WHO menyebutkan bahwa vaksinasi Covid-19 tetap bisa melindungi sebagian besar orang dari sakit parah yang menyebabkan kematian.

“Ada laporan yang masuk bahwa populasi yang divaksinasi memiliki kasus infeksi, terutama dengan varian delta,” kata Dr. Soumya Swaminathan, kepala tim ilmuwan WHO dalam sebuah pernyataan resmi pada Senin, 12 Juli.

“Sebagian besar adalah infeksi ringan atau tanpa gejala,” kata Swaninathan sebagaimana dikutip dari CNBC International.

Namun jumlah orang yang terpapar COVID-19 varian delta menyebar dengan cepat di dunia. Sebagian besar di daerah-daerah dengan tingkat vaksinasi rendah hingga menyebabkan varian delta menyebar dengan mudah.

Para pejabat di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa hampir semua pasien rawat inap dan kematian akibat COVID-19 dialami oleh mereka yang tidak divaksin. Sekitar 75 persen meninggal di rumah sakit karena virus corona setelah vaksinasi adalah mereka yang berusia di atas 65 tahun. Informasi tersebut dilaporkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

“Varian delta menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan tinggi, mendorong lonjakan baru dalam kasus dan kematian. Namun, tidak semua tempat mendapat pukulan yang sama,” ujar Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

“Kami berada di tengah-tengah dua jalur pandemi yang berkembang di mana si kaya dan si miskin (berada) di dalam dan di sebagian negara semakin berbeda di tempat- tempat yang jangkauan vaksinasinya tinggi.”

Ghebreyesus juga memaparkan bahwa varian delta itu menyebar dengan cepat dan menginfeksi orang-orang rentan yang tidak terlindungi. Selain itu, Swaminathan juga memperingatkan bahwa orang yang sudah divaksin masih bisa terpapar COVID-19 dan bisa menularkannya kepada orang lain.

Oleh sebab itu, WHO menginstruksikan agar orang-orang tetap menggunakan masker dan menerapkan protokol kesehatan. “Tapi tentu saja itu mengurangi kemungkinan pasien rawat inap dan kematian yang parah secara signifikan,” paparnya.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa orang yang terpapar COVID-19 setelah divaksin lebih kuat daripada mereka yang tidak divaksin. Hal ini dianggap bisa mengurangi persebaran virus ke orang lain. Meski demikian, pejabat WHO menekankan bahwa masih diperlukan penelitian lebih lanjut guna memahami dampak vaksin terhadap penularan virus corona.