Bagikan:

JAKARTA - Proyek konstelasi satelit SpaceX, Starlink akan segera mendapat pelanggan pertama. Kali ini perusahaan rintisan milik Elon Musk itu sedang membicarakan kontrak dengan sejumlah maskapai penerbangan untuk menghadirkan layanan internet dalam pesawat.

Starlink diketahui pada awalnya hanya menyasar wilayah pedesaan, namun kini berkembang pada maskapai penerbangan. Langkah ini tentu saja seperti yang diharapkan Elon Musk sebagai pemilik perusahaan, dan menjadikannya jaringan broadband secara komersial akhir tahun ini.

“Kami memiliki produk penerbangan kami sendiri dalam pengembangan. Kami telah melakukan beberapa demonstrasi hingga saat ini, dan ingin menyelesaikan produk tersebut untuk dipasang di pesawat dalam waktu dekat," ungkap VP Starlink dan penjualan komersial SpaceX, Jonathan Hofeller seperti dikutip dari The Verge.

Kabar ini tentu saja tak begitu mengejutkan, pasalnya tahun lalu, SpaceX mengajukan rencana untuk menguji Starlink pada lima jet Gulfstream. Pada Maret, SpaceX meminta persetujuan FCC untuk menggunakan Starlink dengan apa yang disebut Earth Stations in Motion — jargon industri untuk merujuk pada kendaraan apa pun yang akan menerima sinyal, termasuk mobil, truk, kapal laut, dan pesawat terbang.

Pada Jumat lalu, Starlink meminta persetujuan FCC lagi untuk pengujian di lima negara bagian AS dari penerima yang diperbarui dengan antena berbentuk persegi, desain dasar yang umumnya dikaitkan dengan antena pesawat.

Hofeller mengungkapkan, desain antena maskapai SpaceX akan sangat mirip dengan teknologi di dalam terminal konsumennya, tetapi dengan peningkatan yang jelas untuk konektivitas penerbangan.

Perangkat keras dalam penerbangan akan dirancang dan dibangun oleh SpaceX sendiri. Antena udara dapat terhubung dengan stasiun Bumi untuk berkomunikasi dengan satelit Starlink.

"Agar Starlink menyediakan konektivitas ke pesawat terbang yang terbang di atas bagian laut yang terpencil, jauh dari stasiun Bumi, akan memerlukan tautan antar-satelit — kemampuan di mana satelit berbicara satu sama lain menggunakan tautan laser tanpa terlebih dahulu memantulkan sinyal dari stasiun Bumi. Generasi berikutnya dari konstelasi kita, yang sedang bekerja, akan memiliki konektivitas antar-satelit ini,” jelas Hofeller.

Sejak 2018, SpaceX telah meluncurkan hampir 1.800 satelit Starlink dari sekitar 4.400 yang dibutuhkan untuk menyediakan cakupan global internet broadband, terutama untuk penduduk di pedesaan, di mana jaringan internet saja tidak tersedia.

Perusahaan ini berada di tengah fase beta Starlink yang menjanjikan kecepatan unduh hingga 100Mbps dan unggah 20Mbps, dengan puluhan ribu pengguna sejauh ini.

Sebagian besar pengguna membayar 99 dolar AS per bulan untuk layanan internet beta itu, menggunakan bundel 499 dolar AS dari jaringan Starlink yang menyelaraskan diri dan router Wi-Fi.

Meski demikian, Starlink tetap memiliki saingan berat seperti Intelsat dan ViaSat, yang mengoperasikan jaringan satelit di orbit geostasioner. ViaSat baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menggunakan jaringan satelit generasi berikutnya pada armada utama Delta.

Perusahaan yang berbasis di California ini merencanakan jaringan orbit rendah 300 satelitnya sendiri serta trio geostasioner baru yang akan mulai diluncurkan awal tahun depan.