Bagikan:

JAKARTA - SpaceX, perusahaan startup antariksa milik Elon Musk ingin menghubungkan akses internet ke seluruh dunia, secara merata. Upaya tersebut dihadirkan dengan meluncurkan Starlink, sebagai satelit pemancar internet generasi terbaru. 

Pertama kali ide tersebut diungkapkan Elon Musk secara terbuka pada tahun 2015, ia mencatat bahwa konstelasi pesawat antariksa di orbit rendah bumi bisa memberikan kecepatan data yang jauh lebih tinggi, dengan kelambanan yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan penyedia layanan internet satelit tradisional.

Sejak itu SpaceX mendapat izin dari Komisi Komunikasi Federal untuk menyebarkan hampir 12.000 satelit seukuran meja pada pertengahan 2027. Walaupun perusahaan punya rencana untuk menerbangkan sebanyak 42.000 pesawat ruang angkasa. Perusahaan telah berhasil meluncurkan lebih dari 900 satelit Starlink ke luar angkasa.

Dengan Starlink ini, SpaceX berharap bisa meraih sekitar 3 persen hingga 5 persen dari industri telekomunikasi global yang bernilai triliunan dolar per tahunnya, atau setara 30 miliar dolar AS hingga 50 miliar dolar AS per tahun.

“Kami melihat ini sebagai cara SpaceX untuk mendapatkan penghasilan yang bisa digunakan untuk mengembangkan roket dan pesawat ruang angkasa yang lebih canggih,” ujar Musk pada 2019 lalu.

“Menurut kami, ini adalah batu loncatan penting dalam perjalanan menuju pengembangan kota mandiri di Mars dan pangkalan di bulan.”

SpaceX mulai menguji program beta untuk publik di AS bagian utara dan Kanada pada 2020 ini. Uji coba ini menuai pujian dari banyak orang, karena sebagian besar tidak mempunyai akses ke layanan internet berkecepatan tinggi sebelum Starlink hadir.

Para analis terus mempelajari bagaimana dan apakah Starlink bisa menghasilkan keuntungan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul di tengah kontroversi yang sedang beredar terkait tingkat kegagalan satelit tersebut dan potensinya membuat puing-puing orbital, serta dampak langsung bagi kelangsungan penelitian astronomi, sebagaimana yang dilansir dari Busines Insider.

Di sisi lain, para astronom kesulitan melihat bintang-bintang lewat teropong atau teleskopnya karena beberapa kali terhalang satelit Starlink. Meski demikian, patut disadari jika terobosan penting ini bisa menghubungkan berbagai orang dari belahan dunia manapun tanpa hambatan sinyal dari pemancar.