Bagikan:

Baru-baru ini, perusahaan milik Elon Musk yang bernama Starlink sudah membuka masa pre-order untuk menjangkau calon konsumennya. Bagi yang berminat memesan jaringan internet berbasis satelit itu bisa masuk ke laman resmi Starlink di tautan ini. Pengguna hanya perlu memasukkan alamat rumah dan email saja.  

Calon pengguna internet Starlink harus membayar deposit senilai 99 dolar Amerika Serikat (setara Rp 1,3 juta). Deposit ini bisa dikembalikan seluruhnya. Calon pengguna juga harus membeli perangkat lain, seperti Starlink Kit yang merupakan antena parabola dan router WiFi, serta pemasok daya. Jika semuanya ditotal berjumlah 499 dolar AS (setar Rp 6,9 juta) sebagaiman yang dilansir dari The Verge.

SpaceX menggandeng pemerintah yang ada di AS. Tidak hanya di AS, SpaceX juga sudah mendapat izin dari beberapa negara lain untuk jaringan internet Starlinknya seperti Inggris dan Kanada. Ke depannya, Starlink bakal menjangkau lebih banyak negara lain di dunia.

Namun, sampai saat ini belum diketahui kapan Indonesia bisa menghadirkan layanan internet high speed milik Elon Musk ini. Kemungkinan wilayah-wilayah di Indonesia bisa mendapat jaringan internet ini pada 2022.

Mekanisme pre-order ini hampir sama dengan sistem pemesanan mobil listrik Tesla, yaitu sama-sama membayar deposit terlebih dahulu. Untuk mewujudkan jaringan internet berkecepatan tinggi, SpaceX meluncurkan seribu satelit ke orbit rendah Bumi.

Perusahaan layanan internet Starlink bakal dijadikan sebagai lini bisnis dari perusahaan roket SpaceX. Pemasukan dari Starlink bakal digunakan untuk peluncuran roket ke planet Mars.

Setelah masa pre-order diinformasikan ke publik, Elon Musk langsung memposting tweet bahwa Starlink bakal melakukan IPO.

“Saat kami bisa memprediksi arus keuangan yang cukup baik, Starlink akan IPO,” ujar Musk dalam cuitan Twitter.

BACA JUGA:


Sang Presiden SpaceX, Gwyne Shotwell juga pernah mengatakan hal senada pada tahun 2020 lalu di hadapan para investor.

“Saat ini, kami adalah perusahaan privat, tapi Starlink adalah jenis isnis yang tepat yang bisa kami teruskan untuk menjadi perusahaan publik,” ujar Shotwell.

Musk juga menginginkan agar Starlink tidak bangkrut dan bernasib lebih baik daripada layanan internet yang sudah ada. Di sisi lain, layanan semacam ini rupanya tidak hanya disediakan oleh SpaceX lewat Starlinknya saja.

Rupanya, Amazon juga mempunyai proyek yang sama bernama Kuiper. Perusahaan milik Jeff Bezos ini berencana meluncurkan 3.000 satelit di orbit rendah Bumi. Musk dan Bezos akan bersaing dalam proyek layanan internet super ngebut di dunia.