Pemadam Kebakaran di China Manfaatkan <i>Big Data</i> untuk Mencegah Kebakaran
Ilustrasi. China menggunakan teknologi data besar untuk mencegah terjadinya kebakaran sejak dini. (Wikimedia Commons/DVIDSHUB)

Bagikan:

JAKARTA - Dari Internet of Things (IoT) hingga kamera pengawas di berbagai sudut kota. China menjadi pemimpin dunia sebagai negara dalam hal teknologi perintis.

Sekarang, China menggunakan big data alias data besar untuk membantu petugas pemadam kebakaran di Kota Guiyang, ibu kota Provinsi Guizhou untuk memprediksi risiko dan mencegah bahaya kebakaran.

Brigade pemadam kebakaran Guiyang menggunakan IoT untuk memantau kemungkinan risiko kebakaran dari jarak jauh, dengan bantuan chip komunikasi jarak dekat (NFC).

Dipasang di ratusan fasilitas, seperti rumah sakit umum dan pusat konferensi, NFC membantu memantau suhu, arus listrik dan voltase secara real time.

Dengan data yang dikumpulkan dari fasilitas ini, petugas pemadam kebakaran dapat mendeteksi jika ada bahaya atau potensi terjadinya kebakaran.

Dalam satu kasus uji yang berhasil, sistem mendeteksi suhu tinggi di kotak distribusi sirkuit listrik di rumah sakit setempat. Petugas pemadam kebakaran bertindak cepat untuk memutus aliran listrik, mencegah potensi bahaya kebakaran.

Para pejabat China mengatakan, tidak ada insiden kebakaran di lebih dari 800 lokasi di mana sistem tersebut telah diterapkan.

Dalam inisiatif lain, brigade tersebut memanfaatkan 465 sistem kamera yang terhubung yang dapat mendeteksi kebakaran dalam radius lima kilometer.

Untuk diketahui, sistem ini dirancang untuk membunyikan alarm jika mendeteksi suhu yang naik di atas ambang batas, dan jika tidak ada campur tangan manusia dalam 30 detik.

kebakaran
Ilustrasi Pemadam Kebakaran. (Wikimedia Commons/낮ė€í‘œí˜„)

Peta 3D kota juga memungkinkan brigade memobilisasi sumber dayanya dan merencanakan tanggap bencana.

"Sekarang, dengan penyesuaian modul (data besar), kami dapat mempelajari karakteristik bencana, berapa banyak sumber daya yang tersedia dan seberapa jauh mereka dari lokasi bencana," kata Ding Xiang dari Biro Pengendalian Kebakaran Kota Guiyang, melansir Euronews.

Namun, teknologi ini disebut tidak akan mengurangi jumlah petugas pemadam kebakaran. Dengan kota yang masih berkembang dan infrastruktur baru sedang dibangun, kehadiran pemadam kebakaran masih dibutuhkan.

"Bencana di masa depan mungkin menjadi lebih rumit dan risikonya bisa menjadi lebih parah. Jadi, kita masih perlu mempertahankan dan menambah personel pemadam kebakaran," tambah Ding.

Menilik data Kantor Informasi Dewan Negara China, sekitar 40 juta RMB ( 5,12 juta euro) disuntikkan ke dalam proyek 'pemadam kebakaran pintar' Guiyang untuk pencegahan kebakaran, tanggap darurat, penyelamatan dan komunikasi.

Sebelum di China, sejumlah negara lain telah menerapkan teknologi serupa untuk mencegah kebakaran, seperti di Amerika Serikat dan Belanda.  Pada 2017, Departemen Pemadam Kebakaran Los Angeles menggunakan data yang dikumpulkan dari citra satelit, kamera real-time dan sensor, yang kemudian diproses untuk memantau dan memprediksi risiko kebakaran.