Bernstein Research: Kripto Menjadi Bagian Penting dalam Sistem Keuangan Global 

JAKARTA - Pada awal tahun 2025, pasar kripto diprediksi memasuki era baru yang lebih stabil dan berkelanjutan. Analis dari Bernstein Research mengungkapkan pandangan optimistis mereka dalam laporan yang diterbitkan pada 6 Januari. 

Melansir DailyHodl, Barnstein Research menyebutkan kali ini kripto tidak lagi dianggap sebagai inovasi pinggiran, melainkan bagian yang semakin penting dari sistem keuangan global. 

Gautam Chhugani, direktur pelaksana Bernstein, menjelaskan bahwa pola volatilitas ekstrem yang pernah menjadi ciri khas pasar kripto kini mulai terkikis seiring dengan meningkatnya perhatian dari perusahaan, bank, dan institusi besar terhadap aset digital ini.

Salah satu aset yang menunjukkan potensi besar adalah Bitcoin, yang pada awal tahun ini telah mencatatkan lonjakan harga sekitar 6%, diperdagangkan di sekitar 99.200 dolar AS (Rp1,6 miliar). 

Analis Bernstein mempertahankan target harga 200.000 dolar AS (Rp3,2 miliar) untuk Bitcoin pada akhir 2025, seiring dengan dukungan dari kebijakan pro-Bitcoin yang diusung oleh Presiden terpilih Donald Trump. 

Seiring dengan perkembangan ini, perusahaan seperti MicroStrategy, yang saat ini memegang lebih dari 446.400 BTC (sekitar Rp7,2 triliun), diharapkan akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan lain dalam mengadopsi rencana akumulasi Bitcoin.

Selain itu, tren meningkatnya adopsi Bitcoin oleh korporasi juga diikuti oleh lonjakan besar dalam aliran dana ke Bitcoin ETF (Exchange-Traded Fund). Bernstein memproyeksikan aliran dana ini akan melampaui 70 miliar dolar AS (Rp1,1 triliun) pada akhir tahun, dua kali lipat dari yang tercatat pada 2024. 

Di sisi lain, Ethereum juga diprediksi akan semakin menarik perhatian institusi besar pada 2025, dengan potensi yang didorong oleh utilitasnya yang beragam di ekosistem blockchain.

Selain itu, pemerintahan baru yang lebih ramah terhadap kripto diharapkan dapat menghadirkan regulasi yang lebih jelas, terutama untuk stablecoin, yang diperkirakan akan mencapai lebih dari 500 miliar dolar AS (Rp8,1 triliun) pada akhir tahun.