JAKARTA – NASA mengungkapkan bahwa Matahari memancarkan suar surya yang sangat kuat pada 4 Januari lalu. Ledakan besar di atmosfer Matahari ini mencapai puncaknya sekitar pukul 19.48 WIB.
Semburan energi ini terdeteksi berkat teleskop Solar Ultraviolet Imager (SUVI) milik Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA). Teleskop tersebut aktif mengawasi Matahari setiap harinya sehingga gambar letusan energi dari atmosfernya bisa tertangkap.
Ini merupakan letusan ketiga yang terdeteksi sejak pergantian tahun, menurut laporan NASA. Fenomena ini sempat terjadi dua kali dalam waktu sehari, yaitu pada 3 Januari sekitar pukul 18.39 WIB dan pada 4 Januari sekitar pukul 05.41 WIB.
Suar surya yang dipancarkan Matahari tercatat memiliki kekuatan yang berbeda. Semburan pertama dikategorikan sebagai suar X1.2, sedangkan semburan kedua diklasifikasikan sebagai suar X1.1. Pada semburan terakhir, kategori yang tercatat adalah X1.8.
BACA JUGA:
Ada lima klasifikasi kelas untuk semburan energi matahari, di antaranya B, C, M, dan X. B merupakan tingkatan terendah, sedangkan C tergolong kecil karena tidak memberikan dampak bagi Bumi. Kelas M merupakan kategori untuk semburan dengan kekuatan menengah.
Kelas X berada di posisi tertinggi. Jika SUVI mengklasifikasikan suar surya ke dalam kelas X, maka ledakan dari Matahari tercatat sangat besar dan dahsyat. Pada kemungkinan terburuk, ledakan di kelas ini dapat menyebabkan gangguan pada banyak hal.
Letusan matahari ini dapat mengganggu komunikasi radio, mematikan jaringan listrik, mengganggu sinyal navigasi, bahkan menimbulkan risiko bagi wahana antariksa dan astronot yang berada di ruang angkasa. Oleh karena itu, ledakan energi ini sangat berbahaya.