Bagikan:

JAKARTA – Matahari memancarkan solar flare atau suar surya yang kuat selama dua hari belakangan ini. Semburan panas ini mencapai puncaknya dalam tiga waktu yang berbeda menurut pantauan lembaga AS.

NASA mengatakan bahwa Solar Ultraviolet Imager, teleskop pemantau Matahari milik Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA), menangkap gambar semburan yang sangat kuat pada Minggu, 29 Desember lalu hingga Senin, 30 Desember.

Puncaknya terlihat pada pukul 14.18 WIB di hari Minggu dan pukul 11.14 WIB serta 11.31 WIB di hari Senin. Semburan pertama dan ketiga masuk ke dalam kategori flare X1.1, sedangkan semburan kedua dikategorikan sebagai flare X1.5.

Ketika semburan Matahari dikategorikan ke dalam kelas 'X', semburan ini menunjukkan aktivitas yang sangat intens. Sementara itu, angka di dalam kategori tersebut menjelaskan kekuatan solar flare yang sedang terjadi.

Meski ketiga suar surya ini diklaim sangat kuat, belum diketahui apakah ada dampak buruk yang terjadi di antariksa maupun di Bumi. Sejauh ini, satelit atau wahana antariksa lainnya masih beroperasi, khususnya Wahana Surya Parker yang berada di dekat Matahari.

Berdasarkan hasil pengamatan ini, NOAA akan terus mengamati kondisi Matahari untuk mengetahui besarnya kekuatan suar yang disemburkan. Semakin besar suarnya, semakin besar juga dampak dari ledakan energi di pusat tata surya ini.

Pada kondisi terburuk, suar surya dapat menyebabkan kerusakan pada teknologi di luar angkasa, seperti alat komunikasi radio, jaringan listrik, sinyal navigasi, bahkan wahana antariksa dan satelit yang beroperasi.

Selain itu, suar surya juga dapat membahayakan para astronot yang sedang bekerja di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dan sekitarnya.