JAKARTA - Untuk mengintip Matahari lebih dalam, NASA meluncurkan Parker Solar Probe (PSP) pada 2018 . Sekarang, wahan ini telah terbang cukup dekat ke bintang di Tata Surya itu.
PSP diluncurkan untuk mendeteksi struktur halus angin matahari, di dekat tempat ia dihasilkan di permukaan, mengungkap detail yang hilang saat angin keluar dari koronal sebagai ledakan seragam partikel bermuatan.
Misi ini, seperti melihat semburan air yang memancar dari pancuran. Lubang koronal merupakan area di mana garis medan magnet muncul dari permukaan tanpa berputar kembali ke dalam, sehingga membentuk garis medan terbuka yang meluas ke luar dan mengisi sebagian besar ruang di sekitar Matahari.
Biasanya, lubang-lubang itu berada di kutub selama periode tenang matahari, sehingga angin matahari cepat yang mereka hasilkan tidak menghantam Bumi.
Namun, ketika Matahari menjadi aktif setiap 11 tahun saat medan magnetnya berputar, lubang-lubang ini muncul di seluruh permukaan, menghasilkan semburan angin matahari yang diarahkan langsung ke Bumi.
PSP telah berhasil mendeteksi aliran partikel berenergi tinggi. Aliran itu, cocok dengan supergranulasi mengalir di lubang koronal, menunjukkan daerah asal angin matahari yang cepat.
Memahami bagaimana dan dari mana angin matahari berasal akan membantu memprediksi badai matahari, selain menghasilkan aurora yang indah di Bumi, juga dapat merusak satelit dan jaringan listrik.
“Angin membawa banyak informasi dari matahari ke Bumi, jadi memahami mekanisme di balik angin matahari penting untuk alasan praktis di Bumi,” kata Profesor Fisika, Stuart D. Bale, dalam makalah yang diterbitkan di jurnal Nature minggu lalu.
“Itu akan memengaruhi kemampuan kita untuk memahami bagaimana matahari melepaskan energi dan mendorong badai geomagnetik, yang merupakan ancaman bagi jaringan komunikasi kita," imbuhnya.
Analisis para ilmuwan menyatakan, lubang koronal itu seperti kepala pancuran, berupa semburan dengan jarak yang kira-kira sama muncul dari titik terang di mana garis medan magnet masuk dan keluar dari permukaan matahari.
Para ilmuwan berpendapat, ketika medan magnet yang diarahkan berlawanan melewati satu sama lain dalam corong ini, yang bisa mencapai 18.000 mil, medan sering putus dan terhubung kembali, melontarkan partikel bermuatan keluar dari Matahari.
PSP mendeteksi partikel bergerak 10 hingga 100 kali lebih cepat daripada rata-rata angin matahari, para ilmuwan menyimpulkan angin hanya dapat dihasilkan melalui proses ini, yang disebut rekoneksi magnetik.
"Kesimpulan besarnya adalah bahwa rekoneksi magnetik di dalam struktur corong inilah yang menyediakan sumber energi angin matahari cepat," ujar Bale.
“Itu tidak hanya datang dari mana-mana di lubang koronal, itu disubstrukturkan di dalam lubang koronal ke sel supergranulasi ini. Itu berasal dari kumpulan kecil energi magnetik yang terkait dengan aliran konveksi. Hasil kami, menurut kami, adalah bukti kuat bahwa penyambungan kembali yang melakukan itu," tambahnya.
BACA JUGA:
Struktur corong kemungkinan sesuai dengan semburan terang yang dapat dilihat dari Bumi di dalam lubang koronal. Matahari diperkirakan akan mencapai maksimum matahari pada Juli 2025, itulah sebabnya semakin banyak laporan tentang jilatan api matahari, cahaya utara dan selatan terlihat di tempat-tempat yang tidak terduga.
Untungnya, PSP dan misi terpisah Solar Orbiter, sangat siap untuk mengamati kekuatan Matahari yang kuat itu, seperti dikutip dari Eurekalert dan CNN Internasional, Senin, 12 Juni.
“Ada kekhawatiran di awal misi penyelidikan matahari bahwa kami akan meluncurkan benda ini langsung ke bagian siklus matahari yang paling sepi dan paling membosankan,” ungkap Bale.
“Tapi saya pikir tanpa itu, kita tidak akan pernah mengerti ini. Itu akan terlalu berantakan. Saya pikir kami beruntung karena kami meluncurkannya dalam kondisi minimum matahari," tandasnya.