Bagikan:

JAKARTA - IBM baru saja meluncurkan laporan "APAC AI Outlook 2025" yang mengungkapkan bahwa perusahaan di Asia-Pasifik kini fokus memaksimalkan dampak investasi AI, beralih dari eksperimen menuju implementasi strategis. 

"Laporan ini menyoroti potensi untuk tahun 2025, di mana fokus AI akan lebih mengarah pada tujuan strategis berdasarkan keunggulan kompetitif dan peningkatan ROI," kata Roy Kosasih, Presiden Direktur IBM Indonesia dalam acara peluncuran APAC AI Outlook 2025 pada Rabu, 4 Desember di kantor IBM, Jakarta.

Berikut ini adalah lima tren strategis yang membentuk masa depan AI di Asia-Pasifik, yang disebutkan dalam laporan ini:

Pendapatan berbasis AI menjadi fokus utama: Organisasi-organisasi akan mengadopsi pendekatan "AI Strategis" pada tahun 2025 dan memprioritaskan proyek berdasarkan kelayakan dan dampak bisnis. Tantangannya adalah bagaimana menskalakan AI melalui use case yang bisa memaksimalkan peluang pendapatan dan ROI.

“Keberhasilan tentunya, keberhasilan penerapan AI, dan bagaimana ROI-nya itu, akan sangat bergantung pada pendekatan strategis. Bagaimana bisa meningkatkan penjualan, atau profit, atau bagaimana bisa mengurangi waktu, atau meningkatkan efisiensi,” jelas Roy.

Model open-source yang lebih kecil dan spesifik muncul sebagai alternatif yang kuat untuk berbagai aplikasi AI: Roy juga menyebutkan bahwa model yang dibangun untuk tujuan tertentu akan semakin diminati, termasuk rancangan untuk bahasa lokal, nuansa konteks regional, dan tugas komputasi yang lebih sederhana. 

Perusahaan mengadopsi tools baru untuk meningkatkan visibilitas, tata kelola, dan integrasi AI yang lancar: Organisasi di Asia-Pasifik akan semakin memanfaatkan model AI open-source untuk mendorong inovasi dan efisiensi. 

Agen AI mendefinisikan ulang masa depan dunia kerja: Perusahaan akan semakin merancang alur kerja yang bersifat agentic, didukung oleh agen AI, untuk secara mandiri menjalankan tugas, berkolaborasi dengan pekerja manusia, dan menciptakan nilai tambah bagi bisnis. 

Agent AI atau Agentic AI, ini berbeda. Karena dia akan punya intuisi. Dia akan punya keinginan sendiri .Jadi faktor humanoidnya ini sudah mulai ada. Walaupun tetap kita akan coba masukkan unsur-unsur bahwa ada human centricnya di sana,” tambahnya.

Inovasi yang berpusat pada manusia mendorong fase berikutnya dari AI: Meskipun alat produktivitas telah menjadi fokus utama dalam adopsi AI, masa depan AI terletak pada pemanfaatannya untuk meningkatkan pengalaman dan kemampuan manusia. 

“Pendekatan pada Human-Centric AI” akan menjadi alat yang kuat bagi karyawan untuk memperluas peran mereka, mengotomatisasi tugas-tugas rutin, dan membuka peluang baru bagi kreativitas dan inovasi.