Bagikan:

JAKARTA – Palo Alto membagikan prediksi tren keamanan siber di tahun 2025. Prediksi tren ini dibuat agar praktisi siber dari berbagai perusahaan atau organisasi dapat menghadapi tantangan siber dengan sangat baik.

Simon Green, President Asia Pacific and Japan at Palo Alto Networks, mengatakan bahwa tantangan keamanan siber akan cukup beragam dalam dua belas bulan ke depan karena teknologi Kecerdasan Buatan (AI) yang semakin canggih.

"Kawasan Asia Pasifik akan menghadapi badai ancaman siber berbasis AI yang kian meningkat dalam skala, kecanggihan, hingga dampak," kata Green. "Kini organisasi perlu beralih ke platform yang terintegrasi dan didukung oleh teknologi AI yang transparan."

Prediksi tren keamanan siber pertama dalam laporan Palo Alto adalah transparansi dalam penggunaan AI. Saat ini, para pengambil kebijakan di kawasan Asia Pasifik mulai menyoroti perlindungan data dan implikasi keamanan siber dari penggunaan model AI yang terus berkembang. 

Hal ini menunjukkan bahwa pengambil kebijakan berupaya membangun kepercayaan pada penggunaan AI dan mendorong inovasi yang berbasis AI. Nantinya, para pembuat kebijakan di kawasan Asia Pasifik akan fokus pada etika, perlindungan data, dan transparansi AI.  

Tren keamanan siber berikutnya adalah deepfake. Sejauh ini, teknologi manipulasi video digunakan untuk keperluan negatif, seperti menipu seseorang atau menjatuhkan seseorang. Deepfake juga bisa digunakan untuk mendapatkan keuntungan finansial.

"Penggunaan audio deepfake juga akan semakin meluas dalam serangan ini, karena teknologi yang ada sudah memungkinkan kloning suara yang sangat meyakinkan. Kita akan semakin sering melihat penggunaan deepfake sebagai satu serangan," jelas Palo Alto.

Tiga tren lainnya yang diperkirakan akan ditemukan pada keamanan siber adalah peningkatan fokus pada integrasi produk, infrastruktur siber pada satu platform keamanan data terpadu, dan hype keamanan kuantum atau mekanisme keamanan terbaru diyakini dapat melindungi data.