JAKARTA - Perusahaan intelijen bisnis yang berbasis di Virginia Amerika Serikat, Microstrategy (MSTR), mengumumkan rencana penerbitan surat utang konversi senilai 1,75 miliar dolar AS (Rp27,6 triliun) yang akan jatuh tempo pada 2029. Pendanaan ini akan digunakan untuk menambah bitcoin (BTC), memperkuat posisi Microstrategy sebagai pemegang bitcoin korporat terbesar di dunia.
Surat utang ini ditawarkan eksklusif kepada investor institusi sesuai aturan Rule 144A Securities Act. Selain itu, investor juga diberikan opsi untuk membeli tambahan senilai 250 juta dolar AS (Rp3,95 triliun). Tidak seperti obligasi konvensional, surat utang ini tidak menawarkan bunga reguler. Investor nantinya memiliki fleksibilitas untuk mengonversi surat utang ini menjadi tunai, saham biasa Kelas A Microstrategy, atau kombinasi keduanya.
BACA JUGA:
Microstrategy Punya 331.200 Bitcoin
Microstrategy sebelumnya mengumumkan telah membeli 51.780 BTC, menambah total kepemilikannya menjadi 331.200 BTC, dengan nilai miliaran dolar berdasarkan harga pasar saat ini. Strategi ini menjadikan bitcoin sebagai bagian dari cadangan treasury perusahaan, seiring fokus Microstrategy yang juga tetap pada layanan analitik enterprise.
Meski demikian, langkah ini tidak lepas dari kontroversi. Ketergantungan besar Microstrategy pada bitcoin membuatnya rentan terhadap volatilitas pasar, yang menjadi perhatian analis dan investor. Michael Saylor, pendiri sekaligus pendukung bitcoin, menyebut strategi ini sebagai langkah jangka panjang yang selaras dengan prinsip bitcoin sebagai "sound money."
Microstrategy mengakui bahwa keberhasilan penawaran ini sangat tergantung pada kondisi pasar. Hingga kini, surat utang ini tidak terdaftar di bawah Securities Act dan tidak tersedia untuk publik. Meski begitu, Microstrategy sekali lagi menunjukkan komitmennya terhadap bitcoin, meskipun risiko tinggi membayangi aset kripto tersebut.