JAKARTA – Pada September lalu, TikTok mengumumkan kolaborasinya dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara global. Kini, platform tersebut memperluas kemitraannya dengan WHO di Indonesia.
Communications Director TikTok Indonesia, Anggini Setiawan, mengatakan bahwa masalah kesehatan mental meningkat secara signifikan. Menurut data National Adolescent Mental Health Survey Indonesia (I-NAMHS), 1 dari 3 remaja pun mengalami masalah tersebut.
Berdasarkan tren saat ini, banyak remaja yang melakukan self-diagnose dan hal ini perlu ditangani. Oleh karena itu, TikTok menggandeng WHO untuk memberikan informasi yang tepat mengenai kesehatan mental dan memberikan lingkungan yang nyaman bagi penderitanya.
"Kami terus bekerja sama dengan komunitas, dengan pemerintah, dan juga seluruh mitra kami di seluruh dunia untuk sama-sama meningkatkan kesadaran dan dedikasi mengenai kesehatan mental," kata Anggini dalam Peluncuran Program Kesehatan Mental pada Kamis, 14 November.
Melalui kolaborasi ini, TikTok berkomitmen dalam menyediakan ruang digital yang aman bagi remaja dan pengguna dari berbagai generasi yang mengalami gangguan kesehatan mental. Platform ini berusaha menjadi platform yang terbuka dan supportive terhadap isu tersebut.
Deputy Representative of the World Health Organization (WHO) for Indonesia, Momoe Takeuchi, juga hadir dalam peluncuran program tersebut. Dalam sambutannya, Momoe menjelaskan bahwa gangguan kesehatan mental sangat berbahaya dan merugikan negara.
"Kami memiliki estimasi ILO WHO yang menyatakan bahwa negara-negara dapat kehilangan sekitar 1 triliun dolar AS (Rp15.981 kuadriliun) karena masalah kesehatan mental di tempat kerja," kata Momoe. "Media sosial (juga) menghadirkan risiko dan peluang bagi kesehatan secara umum."
Sejak September lalu, WHO berupaya menyediakan informasi kesehatan berbasis sains kepada pengguna TikTok. Mereka juga ingin membimbing para kreator dalam menyebarkan konten yang tepat dan sesuai dengan standar komunikasi kesehatan digital.
BACA JUGA:
Kolaborasi antara TikTok dan WHO juga meliputi pembuatan konten yang andal dari para kreator lokal di jaringan Fides, komunitas yang terdiri dari berbagai profesional kesehatan dengan latar belakang yang beragam. Kreator Fides juga akan melawan misinformasi kesehatan mental.
TikTok juga memperkenalkan Mindful Makers, program yang dibuat untuk melatih para kreator mengenai isu kesehatan mental. Melalui program ini, seluruh kreator yang terpilih diharapkan dapat membagikan konten dan informasi kesehatan yang kredibel.
Agus Prasetyo, atau yang akrab dipanggil dr. Pras, merupakan salah satu kreator TikTok LIVE yang aktif mengedukasi para pengikutnya. Menurutnya, TikTok merupakan sarana yang tepat bagi pada kreator untuk menyebarkan informasi yang bermanfaat.
"TikTok bisa dipakai sebagai wadah untuk menyuarakan pentingnya kesehatan mental di samping kesehatan fisik. Dua-duanya sama-sama penting supaya masyarakat atau audiens yang mendengar dan melihat bisa lebih mengerti lagi (tentang isu kesehatan mental)," kata Pras kepada VOI.