JAKARTA - Setelah Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS), harga Bitcoin terus melonjak. Pada Senin, 11 November Bitcoin mencapai rekor tertingginya melampaui 81.000 dolar AS (Rp1,27 miliar).
Melansir dari Tokocrypto News, seorang analis terkenal, Peter Brandt, mengungkapkan pandangannya bahwa Bitcoin berpotensi mencapai harga 125.000 dolar AS (Rp1,96 triliun) pada tahun depan.
Brandt menekankan bahwa momentum bullish ini bisa saja terus berlanjut, jika didukung oleh volume perdagangan yang tinggi dan minat investor yang kuat.
Lonjakan ini tentunya memicu optimisme di kalangan investor, dengan beberapa ahli memprediksi bahwa tren positif ini bisa mempengaruhi aset kripto lainnya seperti Dogecoin.
Sementara itu, sebelumnya, Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur sudah mengatakan di mana para analis telah memperkirakan kenaikan ini, dan mereka memprediksi bahwa Bitcoin berpotensi menutup tahun di angka lebih tinggi, bahkan mendekati 90.000 dolar AS (Rp1,41 miliar).
Menurut Fyqieh, perpaduan antara faktor politik dan sentimen pasar pro-kripto dapat menjadi pendorong signifikan bagi BTC untuk terus mencatatkan rekor tertinggi.
BACA JUGA:
Namun, Fyqieh menekankan bahwa bagi investor yang ingin masuk di tengah tren bullish ini, penting untuk selalu memantau berita dan perkembangan pasar.
“Saat pasar menunjukkan tren positif, euforia sering membuat orang lupa akan risiko yang mungkin datang kapan saja. Memahami titik-titik support dan resistance dapat membantu investor melakukan entry dan exit yang lebih terukur,” jelasnya.
Menurutnya, investor perlu bijak dalam mengambil keputusan. Karena, volatilitas aset kripto tetap menjadi risiko, sehingga penting untuk memantau perkembangan kebijakan baru di bawah pemerintahan Trump dan menyiapkan strategi yang tepat.