Bagikan:

JAKARTA – Kementerian Luar Negeri Rusia menjadi sasaran serangan siber besar-besaran pada Rabu, 23 Oktober, tepat saat KTT BRICS 2024 berlangsung di Kazan, Rusia. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Maria Zakharova, mengungkapkan bahwa serangan ini merupakan salah satu yang terbesar yang pernah dialami oleh infrastruktur digital kementerian.

Zakharova menjelaskan bahwa serangan tersebut berupa distributed denial-of-service (DDoS), yang dirancang untuk membanjiri server portal resmi kementerian dengan lalu lintas internet berlebihan hingga situs web tidak dapat diakses.

"Serangan siber besar-besaran dari luar negeri dimulai pagi ini, menargetkan infrastruktur portal resmi Kementerian Luar Negeri Rusia," ujar Zakharova dalam pernyataannya.

Meskipun kementerian sering kali menghadapi serangan serupa, Zakharova menekankan bahwa serangan kali ini sangat berbeda dalam hal skala dan intensitas.

“Kami sering berurusan dengan serangan semacam ini, tetapi serangan hari ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal skala,” katanya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut mengenai sumber serangan atau kerusakan yang diakibatkannya.

Serangan ini terjadi saat Rusia menjadi tuan rumah KTT BRICS 2024 yang digelar di kota Kazan pada 22-24 Oktober. BRICS, sebuah kelompok yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, mengadakan pertemuan untuk membahas kerja sama ekonomi dan politik global di tengah meningkatnya ketegangan dengan negara-negara Barat.

KTT ini dipandang sebagai upaya Rusia untuk menunjukkan bahwa meskipun terkena sanksi berat dari negara-negara Barat, Moskow masih memiliki peran penting di panggung internasional.

Pertemuan BRICS juga dianggap sebagai simbol dari kerja sama multilateral yang semakin erat antara Rusia dan negara-negara berkembang lainnya, terutama dalam menghadapi tekanan geopolitik dari negara-negara Barat.

Ancaman Siber yang Meningkat

Serangan siber terhadap Rusia, khususnya pada infrastruktur pentingnya, telah menjadi semakin umum dalam beberapa tahun terakhir. Kementerian Luar Negeri Rusia sering kali menjadi target serangan yang diduga berasal dari negara-negara Barat, terutama sejak konflik dengan Ukraina memanas.

Namun, Zakharova tidak menyebutkan apakah ada bukti konkret bahwa serangan kali ini berasal dari negara tertentu. Meski begitu, serangan ini jelas menambah ketegangan yang sudah ada di tengah situasi global yang sedang panas.

Di tengah eskalasi ancaman siber secara global, Rusia sendiri juga telah dituduh oleh beberapa negara Barat terlibat dalam serangan siber terhadap infrastruktur penting negara lain, termasuk campur tangan dalam pemilihan umum di berbagai negara. Moskow secara konsisten membantah tuduhan tersebut.

KTT BRICS tetap berlangsung meskipun ada gangguan siber ini, dan para pejabat Rusia belum mengonfirmasi apakah serangan ini berhasil mempengaruhi jalannya pertemuan atau mengganggu komunikasi diplomatik selama acara berlangsung.

Serangan siber skala besar yang menghantam Kementerian Luar Negeri Rusia di tengah berlangsungnya KTT BRICS menandai meningkatnya ancaman digital terhadap infrastruktur penting negara tersebut. Meski demikian, pertemuan antara Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan di Kazan tetap berlanjut, dengan Rusia berusaha menunjukkan bahwa posisinya di kancah global tetap kuat meski mendapat tekanan dari negara-negara Barat.

Moskow diperkirakan akan terus meningkatkan sistem pertahanannya terhadap serangan siber, terutama di tengah tensi geopolitik yang terus meningkat.