Bagikan:

JAKARTA - Dua belas kementerian di Norwegia telah menjadi target serangan siber. Hal ini  dikatakan oleh pemerintah Norwegia pada  Senin, 24 Juli. Serangan terbaru yang menghantam sektor publik dari pemasok gas terbesar di Eropa dan anggota NATO di wilayah paling utara.

"Kami mengidentifikasi kelemahan dalam platform salah satu pemasok kami. Kelemahan itu kini sudah ditutup," kata Erik Hope, kepala lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam menyediakan layanan bagi kementerian-kementerian, dalam konferensi pers.

Serangan itu terdeteksi karena ada "trafik tidak biasa" pada platform pemasok tersebut, kata Hope, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Serangan ini terungkap pada tanggal 12 Juli dan sedang diselidiki oleh kepolisian.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan siapa yang berada di balik serangan ini dan sejauh mana dampaknya," katanya.

Norwegia adalah pemasok gas terbesar di Eropa setelah terjadi penurunan aliran gas dari Rusia, dan merupakan pengekspor minyak terbesar di Eropa Barat.

"Kantor Perdana Menteri serta kementerian luar negeri, pertahanan, dan kehakiman tidak terpengaruh karena mereka menggunakan platform TI yang berbeda," kata Hope.

Sektor publik Norwegia sebelumnya telah menjadi sasaran serangan siber, termasuk pada bulan Juni 2022, ketika serangan serangan "denial-of-service" (DDoS) berlangsung, yang disalahkan pada kelompok "kriminal pro-Rusia".

Sebagai anggota NATO, Norwegia berbagi perbatasan dengan Rusia di wilayah Arktik dan mendukung Ukraina dengan persenjataan, bantuan kemanusiaan, dan uang.

Jumlah serangan siber di Norwegia meningkat tiga kali lipat antara tahun 2019 dan 2021, demikian disebutkan dalam laporan penilaian risiko terbaru lembaga keamanan siber negara itu pada Februari, dengan jumlah insiden serius pada tahun 2022 pada tingkat yang sama dengan pada tahun 2021