JAKARTA - Pusat Keamanan Siber Denmark (CFCS) telah menaikkan tingkat penilaian ancamannya untuk serangan siber destruktif terhadap Denmark menjadi "sedang" dari "rendah" karena meningkatnya ancaman dari Rusia, kata menteri pertahanan pada Selasa, 4 Juni.
Tingkat "sedang", atau level tiga pada skala lima level, menyiratkan bahwa ada satu atau lebih aktor dengan niat dan kapasitas untuk melakukan serangan atau aktivitas berbahaya, tetapi tidak ada indikasi rencana spesifik untuk aktivitas tersebut, menurut CFCS.
"Kami semakin melihat Rusia yang bersedia menantang negara-negara NATO melalui sabotase, kampanye mempengaruhi, dan serangan siber," kata Menteri Pertahanan Denmark, Troels Lund Poulsen dalam konferensi pers.
BACA JUGA:
Poulsen mengatakan tidak ada ancaman militer langsung ke Denmark, mengutip Dinas Intelijen Pertahanan Denmark.
Meskipun Denmark belum mengalami serangan siber besar-besaran yang secara langsung dikaitkan dengan Rusia, terdapat beberapa insiden yang patut dicatat:
2015:
- Serangan terhadap Badan Intelijen Pertahanan Denmark: Serangan phishing yang menargetkan pegawai badan intelijen Denmark berhasil mencuri data sensitif, termasuk informasi tentang operasi mata-mata di Rusia.
2017:
- Serangan terhadap Rumah Sakit Universitas Aarhus: Serangan ransomware WannaCry melumpuhkan sistem IT rumah sakit, memaksa penundaan operasi dan perawatan pasien.
2018:
- Serangan terhadap Kementerian Luar Negeri Denmark: Serangan phishing menargetkan pegawai kementerian, namun tidak berhasil mencuri data sensitif.
2022:
- Serangan terhadap Badan Pajak Denmark: Serangan DDoS (Distributed Denial-of-Service) melumpuhkan situs web badan pajak, mengganggu layanan pajak online.
2023:
- Serangan terhadap Infrastruktur Energi Denmark: Serangan siber menargetkan infrastruktur energi Denmark, namun berhasil diatasi oleh otoritas terkait.
2024:
- Peningkatan Tingkat Ancaman Serangan Siber: Pusat Keamanan Siber Denmark (CFCS) menaikkan tingkat penilaian ancamannya untuk serangan siber destruktif terhadap Denmark menjadi "sedang" dari "rendah" karena meningkatnya ancaman dari Rusia.
Serangan-serangan ini menunjukkan bahwa Rusia terus meningkatkan kemampuannya dalam melancarkan serangan siber terhadap negara-negara Barat, termasuk Denmark. Meskipun Denmark belum mengalami serangan besar, negara tersebut terus meningkatkan pertahanan sibernya untuk mengantisipasi potensi ancaman di masa depan.