JAKARTA - Microsoft memberikan pembaruan tentang tindakannya terhadap invasi Rusia ke Ukraina yang sedang terjadi. Melalui blog resminya, Presiden Microsoft, Brad Smith akan menangguhkan semua penjualan produk baru dan layanan Microsoft di Rusia.
"Selain itu, kami berkoordinasi erat dan bekerja sama dengan pemerintah Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Inggris Raya, dan kami menghentikan banyak aspek bisnis kami di Rusia sesuai dengan keputusan sanksi pemerintah," kata Smith dalam blognya, Jumat, 4 Maret.
Pada blog Microsoft sebelumnya yang diunggah 28 Februari lalu, mengatakan bahwa raksasa perangkat lunak tersebut akan mengambil langkah yang mencakup empat bidang, yaitu: melindungi Ukraina dari serangan siber, perlindungan dari kampanye disinformasi yang disponsori negara, dukungan bantuan kemanusiaan, dan perlindungan karyawan kami.
"Satu-satunya area kerja kami yang paling berdampak hampir pasti adalah perlindungan keamanan siber Ukraina . Kami terus bekerja secara proaktif untuk membantu pejabat keamanan siber di Ukraina bertahan dari serangan Rusia, termasuk yang terbaru serangan siber terhadap penyiar utama Ukraina," lanjut Smith.
Sejak perang dimulai, Microsoft telah bertindak melawan Rusia, tindakan destruktif atau mengganggu terhadap lebih dari 20 pemerintah Ukraina, TI dan organisasi sektor keuangan.
Microsoft juga telah bertindak melawan serangan siber yang menargetkan beberapa situs sipil tambahan. Selain itu juga, perusahaan perangkat lunak ini terus memobilisasi sumber dayanya untuk membantu orang-orang di Ukraina.
BACA JUGA:
Tim Microsoft Philanthropies dan UN Affairs bekerja sama dengan International Committee of the Red Cross (ICRC) dan beberapa badan PBB untuk membantu pengungsi dengan memberikan dukungan teknologi dan keuangan untuk LSM utama.
"Sebagai sebuah perusahaan, kami berkomitmen untuk keselamatan karyawan kami di Ukraina dan kami terus berhubungan dengan mereka untuk menawarkan dukungan dalam berbagai bentuk, termasuk mereka yang perlu melarikan diri untuk hidup atau keselamatan mereka," ungkap Presiden Microsoft itu.