JAKARTA - Jerman menuduh Rusia pada Jumat 3 Mei telah melancarkan serangan siber terhadap perusahaan pertahanan dan kedirgantaraan, serta partai pemerintahnya, serta target di negara lain. Mereka juga memperingatkan akan ada konsekuensi yang tidak dijelaskan.
Kedubes Rusia di Berlin menolak tuduhan tersebut - yang juga disuarakan oleh Republik Ceko, aliansi pertahanan NATO, dan Departemen Luar Negeri AS - menyebutnya sebagai "langkah tidak ramah lainnya yang bertujuan menghasut sentimen anti-Rusia di Jerman".
NATO mengatakan kampanye tersebut juga menargetkan badan pemerintah, "operator infrastruktur kritis", dan entitas lain di Lithuania, Polandia, Slovakia, dan Swedia.
Tuduhan-tuduhan ini muncul pada saat kecemasan meningkat di Eropa atas dugaan peretas dan mata-mata Rusia sejak invasi Moskow ke Ukraina pada tahun 2022, dan menjelang pemilihan umum di Eropa.
Pemerintah Jerman mengatakan telah memanggil utusan Rusia untuk menyampaikan protes atas apa yang mereka katakan sebagai kampanye yang diluncurkan dua tahun lalu oleh sebuah kelompok yang terkait dengan agen intelijen militer GRU Moskow.
BACA JUGA:
Serangan-serangan tersebut menargetkan Partai Sosial Demokrat Jerman serta perusahaan di sektor logistik, pertahanan, kedirgantaraan, dan IT, kata kementerian dalam negeri dalam sebuah pernyataan.
Server-server perusahaan di sektor-sektor kritis telah dikompromikan, kata juru bicara kementerian tersebut, tanpa menyebutkan nama perusahaan atau memberikan detail lebih lanjut tentang kerusakan yang terjadi.
"Serangan-serangan ini tidak hanya ditujukan pada partai-partai individu atau politisi tertentu, tetapi pada mengguncang keyakinan dalam demokrasi kami," kata Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser.
“Jerman dan mitranya tidak akan mentolerir serangan-serangan tersebut dan akan menggunakan seluruh spektrum tindakan untuk mencegah, menakuti, dan menanggapi perilaku agresif Rusia di ranah siber," kata seorang juru bicara dari Kementerian Luar Negeri Jerman.