JAKARTA - Pasar kripto memulai pekan ini dengan positif, ditandai oleh menguatnya harga Bitcoin yang sempat melampaui level 66.000 dolar AS atau di atas Rp1 miliar dengan kenaikan 6 persen seminggu terakhir.
Selama tujuh bulan terakhir, reli harga Bitcoin seringkali terbatas pada resistance di atas, khususnya pada level 65.000–66.000 dolar AS (Rp1,01-1,02 miliar) lalu kembali di bawah turun ke bawah 60.000 dolar AS (Rp934 juta).
Pada Selasa, 15 Oktober, BTC bertengger di angka 65.850 dolar AS atau sekitar Rp1,02 miliar. Menurut Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, jika BTC bisa bertahan di atas 64.000 dolar AS, maka ada kemungkinan akan melanjutkan reli naik ke 68.000 dolar AS (Rp1,05 miliar).
“Sementara, jika turun di bawah support, maka BTC potensi akan retest terlebih dahulu ke resistance trendline di sekitar MA-20 di level 63.000 dolar AS (Rp981 juta),” kata Panji dalam pernyataannya.
Menurutnya, kenaikan Bitcoin seminggu terakhir didorong oleh beberapa faktor, termasuk data inflasi AS untuk September yang naik 2,4 persen YoY, meningkatnya peluang Donald Trump dalam pemilihan AS, saham MicroStrategy yang mencapai titik tertinggi, serta ketidakpastian stimulus fiskal China yang memicu spekulasi investor beralih ke aset kripto.
BACA JUGA:
Terakhir, kenaikan BTC di Oktober sering dikaitkan dengan istilah ‘Uptober’, yang merujuk pada kecenderungan Oktober sebagai bulan bullish bagi Bitcoin dan pasar kripto secara keseluruhan.
Biasanya, Oktober ditutup dengan kenaikan, meski tidak jarang bulan ini dimulai dengan koreksi. Di tahun 2023, Bitcoin sempat turun 7 persen di paruh pertama Oktober sebelum rally sebesar 30 persen hingga akhir bulan.
“Momentum historis ini juga menjadi salah satu katalis penting yang bisa mendukung pergerakan bullish Bitcoin di sisa bulan ini,” pungkasnya.