JAKARTA - Meski pekan lalu dibayangi tekanan geopolitik, Bitcoin telah mengalami rebound dari support 60.000 dolar AS (Rp936 juta), naik ke resistance 64.000 dolar AS (Rp999 juta) di Senin, 7 Oktober.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan bahwa pada Rabu, 9 Oktober pukul 09.30 WIB, Bitcoin bertengger di 62.300 dolar AS (Rp972 juta) turun 0,40 persen dalam 24 jam.
“Dari sisi teknikal, BTC potensi melemah terlebih dahulu ke MA-100 di sekitar 61.000 dolar AS (Rp952 juta) sebelum kembali naik ke resistance 64.000 dolar AS (Rp999 juta) dan target selanjutnya ke 66.000 dolar AS (Rp1,03 miliar),” jelas Panji.
Minggu ini, Panji menyebutkan, kalender ekonomi AS dapat menjadi katalis untuk pergerakan Bitcoin. Di mana pada Rabu, 9 Oktober, The Fed akan merilis risalah pertemuan September, memberikan wawasan tentang kebijakan ke depan.
Kemudian pada Kamis 10 Oktober, laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) September akan dirilis. Dan hari Jumat, 11 Oktober Indeks Harga Produsen (PPI) akan dirilis akan dirilis dengan perkiraan turun menjadi 1,60 persen YoY.
BACA JUGA:
Menurutnya, kenaikan PPI dapat menunjukkan inflasi berkelanjutan, membuat Bitcoin lebih rentan terhadap penyesuaian harga, serta mempengaruhi biaya penambangan.
Jika inflasi minggu ini lemah, kata Panji, kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut bisa meningkat, mendukung Bitcoin. Namun, data ketenagakerjaan yang kuat bisa memperkuat argumen untuk mempertahankan suku bunga.
“Minggu ini bayangi dengan data ekonomi yang dapat menentukan arah pergerakan bagi Bitcoin. Dengan data inflasi dan keputusan Fed yang akan datang, investor perlu waspada terhadap faktor yang mempengaruhi pasar,” tutup Panji.