Bagikan:

JAKARTA - Solana (SOL) menjadi primadona di pasar kripto hari ini. Aset kripto yang dikenal dengan julukan “Pembunuh Ethereum” ini melonjak lebih dari 13% dalam sehari. Kini harga SOL tembus Rp1.011.000 per koin. Pada pekan sebelumnya SOL diperdagangkan di level Rp700 ribu hingga Rp800 ribuan.  Kenaikan harga SOL menarik minat banyak analis dan investor yang melihat potensi besar di balik pesaing Ethereum ini.

Salah satu yang memberikan apresiasi tinggi untuk Solana adalah Cathie Wood, CEO Ark Invest, yang dikenal sebagai investor inovatif. Dalam wawancaranya dengan CNBC kemarin, Wood memuji Solana sebagai mata uang kripto yang unggul dalam hal kecepatan dan efisiensi biaya. "Dulu kami memilih Ether karena lebih cepat dan lebih murah daripada Bitcoin. Tapi Solana lebih unggul lagi daripada Ether," kata Wood dikutip dari InvestorPlace.

Wood juga mengakui bahwa Solana masih menghadapi tantangan untuk menjaga stabilitas jaringannya, tetapi jika itu bisa diatasi, maka Solana bisa menjadi platform yang sangat diminati. Ini sejalan dengan pandangan saya tentang Solana, yang saya anggap sebagai salah satu kandidat terkuat untuk masa depan kripto. Namun, Wood bukan satu-satunya yang optimis terhadap Solana, karena masih ada banyak ahli dan pakar lain yang berbagi pandangan yang sama.

Data dari CoinGecko menunjukkan bahwa harga Solana saat ini diperdagangkan di level Rp1 jutaan dengan volume perdagangan 24 jam sebesar Rp59,2 triliun. Harga Solana naik 13,8% dalam 24 jam terakhir. Dalam satu pekan terakhir, SOL meroket 50,6%.

Sejarah Singkat Solana

Solana diluncurkan untuk publik pada Maret 2020, setelah pendirinya, Anatoly Yakovenko, merilis whitepaper yang menjelaskan metode baru untuk menjaga waktu di sistem terdistribusi yang disebut Proof of History (PoH). Yakovenko adalah mantan karyawan Dropbox dan Qualcomm yang ahli dalam teknik kompresi dan sistem terdistribusi.

Blockchain Solana didesain untuk mendukung smart contract dan aplikasi terdesentralisasi (Dapp), dengan menggunakan konsensus hibrida yang menggabungkan PoH dan Proof of Stake (PoS). Solana sempat mengalami beberapa masalah seperti pemadaman jaringan, serangan peretasan, dan gugatan hukum sejak peluncurannya.

Kapitalisasi pasar Solana mencapai puncaknya sebesar $55 miliar (Rp 854,1 triliun) pada Januari 2022, tetapi anjlok menjadi sekitar $3 miliar (Rp 46,6 triliun) pada akhir 2022 tidak lama setelah bursa kripto FTX bangkrut. Padahal sebelumnya SOL mengikuti tren kenaikan pasar kripto secara umum pada 2023, kapitalisasi pasar Solana kembali naik menjadi Rp428 triliun.