Bagikan:

JAKARTA - Pada 11 Oktober 2024, Meta Platforms mengumumkan telah menghapus jaringan akun palsu yang menargetkan penutur bahasa Rusia di Moldova menjelang pemilu presiden yang akan digelar pada 20 Oktober. Akun-akun tersebut melanggar kebijakan Meta terkait perilaku tidak otentik yang terkoordinasi.

Pihak berwenang Moldova juga memblokir puluhan saluran Telegram dan bot yang digunakan untuk membayar pemilih agar memilih "tidak" dalam referendum keanggotaan Uni Eropa yang diadakan bersamaan dengan pemilu presiden.

Presiden pro-Eropa, Maia Sandu, yang mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua, mengusulkan referendum sebagai inti kebijakannya untuk bergabung dengan blok 27 anggota tersebut.

Akun-akun palsu di Meta menyebarkan kritik terhadap Sandu, politisi pro-Uni Eropa, serta hubungan erat Moldova dengan Rumania, sementara mendukung partai-partai pro-Rusia di Moldova.

Meta mengungkapkan bahwa operasi ini melibatkan sejumlah merek berita fiktif berbahasa Rusia yang berpura-pura sebagai entitas independen di berbagai platform internet, termasuk Facebook dan Instagram yang dimiliki Meta, serta Telegram, OK.ru, dan TikTok.

Meta menghapus tujuh akun Facebook, 23 halaman, satu grup, dan 20 akun Instagram terkait jaringan ini. Sebanyak 4.200 akun mengikuti satu atau lebih dari 23 halaman di Facebook, sementara sekitar 335.000 akun mengikuti satu atau lebih akun Instagram yang terlibat.

Di Chisinau, Inspektorat Investigasi Nasional Moldova memblokir 15 saluran Telegram dan 95 bot yang menawarkan uang kepada pemilih. Polisi Moldova telah menyelidiki upaya kelompok terkait dengan Ilan Shor, seorang pengusaha buronan, yang diduga berusaha membayar puluhan ribu pemilih untuk menggagalkan pemungutan suara.

Shor sebelumnya dijatuhi hukuman 15 tahun penjara secara in absentia atas keterlibatannya dalam hilangnya 1 miliar dolar AS (Rp15,5 triliun) dari bank-bank Moldova pada tahun 2014.