Bagikan:

JAKARTA – Kementerian Keamanan Nasional China pada  Senin 23 September menuduh kelompok peretas yang didukung oleh militer Taiwan, yang disebut Anonymous 64, telah melakukan serangkaian serangan siber terhadap berbagai target di China.

Tuduhan ini muncul di tengah ketegangan yang terus meningkat antara Beijing dan Taipei, terutama terkait isu kedaulatan Taiwan. China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, sementara Taiwan menegaskan bahwa mereka adalah negara yang merdeka secara de facto.

Dalam pernyataan resminya, Kementerian Keamanan Nasional China menuduh Anonymous 64, yang dikatakan sebagai bagian dari unit perang siber militer Taiwan, telah menyebarkan konten yang merusak citra sistem politik China serta kebijakan utamanya. Kelompok tersebut dikatakan telah menargetkan situs web, layar luar ruangan, dan saluran televisi jaringan di seluruh China.

"Kelompok ini berusaha untuk mengunggah dan menyiarkan konten yang merendahkan sistem politik daratan serta kebijakan-kebijakan utama," tulis kementerian tersebut dalam sebuah unggahan di blog resminya. Pemerintah China juga menyerukan kepada warganya untuk waspada dan segera melaporkan segala bentuk "sabotase anti-propaganda."

Namun, Kementerian Pertahanan Taiwan segera membantah tuduhan tersebut, menyatakan bahwa justru China yang menjadi pengganggu utama melalui serangan siber dan pelecehan militernya terhadap Taiwan. Dalam sebuah pernyataan, Komando Informasi, Komunikasi, dan Pasukan Elektronik Kementerian Pertahanan Taiwan menegaskan bahwa tuduhan China tidak benar.

"Saat ini, ancaman dari musuh dan serangan siber sangat serius," ungkap pernyataan tersebut. "Militer komunis China dan kekuatan-kekuatan yang berkoordinasi dengannya terus menggunakan pesawat, kapal, dan serangan siber untuk mengganggu Taiwan serta merupakan penyebab utama dari kerusakan perdamaian di kawasan."

Taiwan secara konsisten menolak klaim kedaulatan Beijing, menegaskan bahwa pemerintahnya sah dan dipilih secara demokratis. Pulau ini juga sering menuduh kelompok-kelompok China menyebarkan disinformasi atau melakukan serangan siber ke berbagai institusi di Taiwan.

Kelompok peretas Anonymous 64, yang baru dibentuk pada Juni 2023, mengklaim telah berhasil menembus beberapa situs web penting di China. Akun resmi mereka di platform X (sebelumnya Twitter) menunjukkan tangkapan layar dari upaya mereka untuk menyiarkan video yang membandingkan Presiden China Xi Jinping dengan seorang kaisar, serta memperingati ulang tahun kedua protes terhadap kebijakan ketat COVID-19 di China. Mereka juga mengenang peristiwa demonstrasi Lapangan Tiananmen 1989 melalui aksi peretasan.

Salah satu video yang diposting oleh kelompok tersebut memperlihatkan seorang anggota Anonymous 64 mengenakan topeng Guy Fawkes, yang terkenal dari novel grafis dan film V for Vendetta. Video tersebut mengkritik kepemimpinan Xi Jinping dan sistem politik China secara keseluruhan.

Meski begitu, belum  dapat dikonfirmasi secara independen apakah kelompok ini benar-benar melakukan serangan siber yang mereka klaim. Kementerian Keamanan Nasional China juga menambahkan bahwa investigasi mereka menemukan bahwa banyak dari situs web yang diklaim telah diretas oleh Anonymous 64 sebenarnya palsu atau memiliki lalu lintas yang sangat sedikit. Mereka juga menuduh bahwa beberapa gambar yang diposting kelompok tersebut telah dimanipulasi menggunakan photoshop.

Kementerian tersebut menerbitkan tangkapan layar dari akun X milik Anonymous 64, tetapi dengan teks yang telah banyak disensor. Mereka juga mengumumkan bahwa mereka telah membuka kasus terhadap tiga anggota dari unit perang siber Taiwan.

"Kami mengimbau para netizen untuk tidak mempercayai atau menyebarkan rumor, serta segera melaporkan serangan siber atau kegiatan anti-propaganda kepada otoritas keamanan nasional," tulis Kementerian Keamanan Nasional China dalam blognya.

Sementara itu, ketegangan antara China dan Taiwan terus meningkat dalam lima tahun terakhir. China telah meningkatkan tekanan politik dan militernya terhadap Taiwan, termasuk melalui latihan militer di sekitar perairan Taiwan dan aksi-aksi provokatif lainnya. Taiwan terus bersiap menghadapi segala kemungkinan, termasuk peningkatan ancaman siber yang dapat berdampak pada stabilitas regional.