JAKARTA - Ethereum (ETH), aset digital terbesar kedua di dunia setelah Bitcoin, mengalami penurunan signifikan di pasar derivatif. Merosotnya ETH menjadi sorotan komunitas kripto karena berpotensi merubah sentimen pasar terhadap aset kripto tersebut.
Di sisi lain, pasar spot Ethereum tetap menunjukkan aktivitas yang stabil, penurunan dalam pasar derivatif memberikan sinyal yang berbeda. Laporan terbaru mengungkapkan bahwa minat beli melalui kontrak berjangka dan derivatif menurun tajam, terutama tercermin dari turunnya Funding Rate.
Melansir AMB Crypto, Funding Rate adalah salah satu indikator penting dalam perdagangan Futures, yang menunjukkan biaya untuk memegang posisi beli (long) atau jual (short). Data dari CryptoQuant menunjukkan bahwa Funding Rate Ethereum mencapai titik terendah sepanjang tahun ini, menandakan bahwa para trader lebih memilih untuk menjual atau menutup posisi beli mereka.
Dalam skenario ini, penurunan Funding Rate bisa menjadi pertanda sentimen pasar yang bearish, di mana para trader lebih memilih posisi short dan membayar mereka yang memegang posisi long untuk menjaga kontrak mereka tetap terbuka.
BACA JUGA:
Berpotensi Pengaruhi Harga ETH di Pasar Spot
Penurunan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk ketidakpastian pasar global atau kekhawatiran terhadap perkembangan regulasi aset digital. Lebih jauh lagi, dengan adanya tekanan tambahan dari pasar derivatif, harga ETH di pasar spot juga bisa terpengaruh. Pada saat penulisan, ETH Funding Rate yang negatif menunjukkan bahwa para trader lebih berspekulasi terhadap penurunan harga di masa mendatang.
Dengan Funding Rate yang terus merosot, permintaan untuk membeli Ethereum dengan leverage semakin berkurang. Harga Ethereum saat ini masih bergerak di kisaran 2.300 dolar AS (Rp35.600.000) berdasarkan data CoinGecko. Meski ETH menghadapi tekanan dengan sentimen negatif ini, para analis memperkirakan kemungkinan penurunan lebih lanjut jika minat dari para pelaku pasar derivatif tidak pulih dalam waktu dekat.