Bagikan:

JAKARTA - Sebuah penemuan revolusioner berhasil mengubah cara kita melihat tubuh manusia. Para ilmuwan menemukan bahwa pewarna makanan umum, yang biasanya ditemukan dalam sereal jagung dan minuman energi, dapat digunakan untuk membuat kulit menjadi transparan. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science ini membuka jalan bagi aplikasi medis baru yang memungkinkan dokter melihat organ-organ dalam tubuh tanpa perlu melakukan pembedahan.

Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Guosong Hong dari Universitas Stanford, yang bersama timnya berhasil membuat kulit pada tengkorak dan perut tikus hidup menjadi tembus pandang. Mereka menggunakan campuran air dan tartrazine, pewarna makanan kuning yang biasa ditemukan dalam produk seperti cornflakes, minuman energi, permen, dan kaldu ayam. Tartrazine, yang dikenal juga sebagai FD & C Yellow 5, terbukti mampu menghalangi efek hamburan cahaya dalam jaringan tubuh, yang biasanya membuat kulit terlihat buram.

Hamburan cahaya adalah fenomena yang menyebabkan cahaya membelok ketika melewati bahan-bahan dengan indeks bias yang berbeda, seperti lemak, protein, dan cairan dalam sel. Dalam kebanyakan jaringan, komponen-komponen ini terkemas rapat, menyebabkan cahaya tersebar dan membuat kulit tampak buram. Namun, dengan menambahkan tartrazine, para peneliti berhasil menyamakan indeks bias komponen-komponen ini, memungkinkan cahaya untuk melewati jaringan tanpa hambatan.

Pada uji coba, para peneliti mengaplikasikan larutan tartrazine ke kulit tikus. Pertama, mereka menggosok larutan ini pada kulit kepala tikus, yang kemudian membuat kulit menjadi transparan dan memperlihatkan pembuluh darah di otak.

Selanjutnya, larutan ini diaplikasikan pada perut tikus, membuat kulit di area tersebut memudar dalam hitungan menit dan menampilkan kontraksi usus serta detak jantung dan pernapasan tikus. Setelah larutan dibersihkan, kulit kembali ke kondisi normal, menunjukkan bahwa proses ini bersifat sementara dan dapat dibalik.

Yang lebih menggembirakan, tartrazine tidak menunjukkan efek jangka panjang pada tikus, dan kelebihan pewarna ini dikeluarkan melalui limbah tubuh dalam 48 jam. Para peneliti juga menyarankan bahwa metode ini dapat digunakan untuk melihat lebih dalam ke dalam tubuh dengan cara menyuntikkan pewarna langsung ke jaringan.

Menurut Dr. Hong, teknologi ini memiliki potensi besar dalam dunia medis. Salah satu aplikasi yang mungkin adalah dalam pengambilan darah, di mana pembuluh darah dapat terlihat lebih jelas. Selain itu, prosedur penghapusan tato dengan laser bisa menjadi lebih sederhana, dan teknik ini juga bisa membantu dalam mendeteksi dan mengobati kanker sejak dini. Laser yang saat ini digunakan untuk menghilangkan sel-sel kanker biasanya terbatas pada area dekat permukaan kulit, namun teknik ini bisa meningkatkan penetrasi cahaya untuk mencapai area yang lebih dalam.

Meskipun hasilnya menjanjikan, penelitian ini masih berada pada tahap awal dan belum diuji pada manusia. Kulit manusia diketahui sekitar sepuluh kali lebih tebal daripada kulit tikus, sehingga para peneliti masih harus menentukan dosis pewarna dan metode penerapannya agar bisa menembus seluruh ketebalan kulit manusia.

Dr. Zihao Ou, peneliti utama dari Universitas Texas, Dallas, yang juga terlibat dalam studi ini, mengatakan bahwa teknologi ini juga dapat membuat peralatan optik, seperti mikroskop, lebih efektif dalam penelitian biologi. Dengan membuat jaringan tubuh menjadi transparan, para peneliti dapat mengamati dinamika tubuh dengan lebih detail, yang berpotensi merevolusi penelitian optik dalam biologi.

Meskipun teknologi ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut, para ilmuwan optimistis bahwa suatu hari nanti, ini dapat digunakan untuk aplikasi medis yang lebih luas. Selain membantu dalam diagnosis dan perawatan medis, teknologi ini juga memiliki potensi untuk membuat prosedur kesehatan lebih terjangkau dan mudah diakses oleh banyak orang.