Bagikan:

JAKARTA -  Sebuah konsorsium yang didanai oleh Uni Eropa mengumumkan pada  Kamis 4 Juli, bahwa mereka sedang mengembangkan sensor untuk membantu satelit bernavigasi dengan presisi dan memungkinkan drone terbang lebih jauh untuk waktu yang lebih lama.

Proyek INPHOMIR bertujuan untuk menciptakan dua sensor baru dengan konsumsi daya ultra-rendah, yaitu giroskop optik dan sensor lidar khusus, untuk membuat misi ruang angkasa lebih efisien dan terjangkau. Proyek ini bernilai sekitar 5 juta euro (Rp87,8 miliar) dan dibiayai oleh Horizon Europe, program pendanaan Uni Eropa untuk penelitian dan inovasi.

Sensor navigasi satelit dapat mengalami kesulitan dalam kondisi keras seperti visibilitas rendah, kabut, dan debu. Bahkan kesalahan pengukuran kecil dapat menyebabkan anomali besar dalam trajektori dan posisi, yang berpotensi menyebabkan operator kehilangan jutaan dolar.

Proyek INPHOMIR membangun sensornya pada indium fosfida, bahan yang terbukti meningkatkan efisiensi serta mengurangi berat dan ukuran untuk sirkuit terintegrasi fotonik, mikrochip yang menggunakan cahaya untuk mengirimkan dan memproses informasi.

Menurut konsorsium tersebu, teknologi ini juga dapat membantu menggerakkan sensor yang digunakan dalam drone dan mobil swakemudi di masa depan.

"Teknologi penginderaan canggih yang kami kembangkan diharapkan dapat meningkatkan akurasi posisi satelit, memperbaiki navigasi untuk misi antarplanet, dan memastikan keberhasilan eksplorasi ruang angkasa," kata Daniele Palaferri, koordinator proyek INPHOMIR.

Permintaan yang terus meningkat untuk layanan komunikasi berbasis satelit, navigasi, dan pengumpulan data serta gambar telah menyebabkan lonjakan jumlah satelit yang beroperasi di ruang angkasa, membuat navigasi semakin sulit.

Debris seperti tahap atas roket yang sudah habis, satelit yang rusak, dan objek lain juga menjadi ancaman bagi satelit yang mencoba tetap berada di orbit.