Bagikan:

JAKARTA - Umat manusia menghadapi kemungkinan yang mengkhawatirkan untuk punah akibat batu ruang angkasa besar yang menghantam Bumi dengan kecepatan ribuan mil per jam. Sebuah laporan baru menunjukkan bahwa kita sangat tidak siap untuk bencana semacam itu, bahkan jika kita memiliki peringatan 14 tahun sebelumnya.

Dokumen resmi yang diterbitkan oleh NASA dan pemerintah AS mengungkapkan bahwa rencana manajemen bencana asteroid "belum didefinisikan." Laporan tersebut menyoroti "kesiapan yang terbatas" untuk melaksanakan misi ruang angkasa yang dapat mengurangi bahaya dampak asteroid, mirip dengan plot film tahun 1998 "Armageddon," di mana NASA mengirim tim untuk menghancurkan asteroid yang mengarah ke Bumi.

Rata-rata, Bumi dihantam oleh batu sebesar lapangan sepak bola setiap 5.000 tahun dan asteroid yang dapat memusnahkan peradaban setiap satu juta tahun, menurut Program Objek Dekat Bumi NASA.

Laporan ini muncul sebagai bagian dari "Latihan Meja Pertahanan Planet Antar-Instansi" kelima, sebuah acara simulasi yang dilakukan oleh NASA dan pemerintah AS untuk menilai kesiapan menghadapi dampak asteroid. Meskipun tidak ada ancaman dampak asteroid yang signifikan dalam waktu dekat, latihan dua tahunan ini mengevaluasi bagaimana para ahli top akan merespons skenario semacam itu.

"Proses untuk membuat keputusan tentang misi ruang angkasa dalam skenario ancaman asteroid masih belum jelas," kata laporan tersebut. Latihan tersebut mempertimbangkan tanggapan nasional dan global terhadap situasi hipotetis di mana asteroid yang belum terdeteksi sebelumnya memiliki peluang 72% untuk menghantam Bumi dalam waktu sekitar 14 tahun.

Para peserta termasuk perwakilan dari NASA, FEMA, dan komunitas pertahanan planet. Mereka menghadapi skenario di mana pengamatan lanjutan yang penting akan ditunda selama setidaknya tujuh bulan saat asteroid melewati belakang matahari, yang merupakan kehilangan waktu kritis untuk perencanaan dan respons.

"Ketidakpastian dalam kondisi awal ini memungkinkan peserta untuk mempertimbangkan serangkaian keadaan yang sangat menantang," kata Lindley Johnson, pejabat emeritus pertahanan planet di Kantor Pusat NASA di Washington.

Latihan tersebut menemukan bahwa "proses pengambilan keputusan dan toleransi risiko" kurang dipahami di kalangan pejabat. Lebih mengkhawatirkan lagi, temuan tersebut menunjukkan bahwa "rencana manajemen bencana dampak asteroid belum didefinisikan" dan bahwa "koordinasi global yang tepat waktu" untuk kesadaran publik membutuhkan perhatian lebih.

Sementara penggambaran fiksi seperti "Armageddon" mendramatisasi ancaman asteroid, upaya dunia nyata seperti misi DART (Double Asteroid Redirection Test) NASA memberikan harapan. Pada September 2022, pesawat ruang angkasa DART berhasil menabrak asteroid Dimorphos, menunjukkan bahwa misi semacam itu berpotensi mengubah jalur batu ruang angkasa yang mengancam.

Meskipun ada kemajuan ini, laporan tersebut menekankan perlunya strategi yang lebih jelas dan kerja sama internasional untuk melindungi Bumi dari potensi dampak asteroid. Rata-rata, Bumi dihantam oleh batu sebesar lapangan sepak bola setiap 5.000 tahun, dan asteroid yang dapat memusnahkan peradaban setiap satu juta tahun, menurut NASA.

Asteroid seperti Ceres, yang terbesar yang diketahui di Tata Surya dengan diameter 580 mil, menimbulkan ancaman minimal karena orbitnya yang jauh. Namun, beberapa jenis, seperti asteroid "tumpukan puing," menghadirkan tantangan unik. Gumpalan longgar batuan ini dapat menyerap energi dampak, membuat upaya pengalihan tidak efektif.

Dengan kemungkinan dampak asteroid yang menghancurkan, laporan ini menjadi pengingat penting akan perlunya kesiapan global dan perencanaan maju untuk melindungi planet kita.