Asteroid 2021 PDC Tabrak Bumi Hanyalah Simulasi untuk Mitigasi Bencana
Permukaan planet Bumi (dok. NASA)

Bagikan:

JAKARTA - Belakangan jagat media sosial (medsos) diramaikan dengan prediksi asteroid 2021 PDC yang akan menabrak Bumi. Narasi yang beredar juga mengatakan jika penduduk dunia akan mengungsi ke Indonesia. 

Sejatinya, asteroid 2021 PDC merupakan bagian dari simulasi pada acara Planetary Defense Conference di Wina, Austria, yang akan diadakan pada 26-30 April 2021. PBB merupakan salah satu lembaga yang memprakarsai konferensi tersebut.

Dalam konferensi tersebut, para ahli akan membahas dampak astroid jika benar menghantam Bumi dan strategi penyelamatan bagi masyarakat dunia. 

Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengatakan jika asteroid 2021 PDC hanyalah tes simulasi. Sehingga segala informasi yang dipaparkan bersifat fiktif. 

"Meskipun skenario ini realistis dalam banyak hal, skenario ini sepenuhnya fiktif dan TIDAK menggambarkan potensi dampak asteroid yang sebenarnya," tulis NASA, Kamis, 22 April.

Selain itu, penamaan asteroid tersebut juga menunjukkan bukti lain bahwa asteroid ini tidak pernah ada. NASA menekankan bahwa nama belakang asteroid tersebut hanya terdiri dari tiga huruf, "PDC".

"Untuk memperkuat fakta bahwa ini bukan asteroid sungguhan, kami menggunakan tiga huruf sebagai penanda, sesuatu yang tidak akan pernah dilakukan untuk asteroid sungguhan," tandas NASA.

(dok. Gyfcat)

Skenario Tabrakan Asteroid 2021 PDC

Dalam skenario PDC, diketahui bahwa para astronom menemukan sebuah asteroid berukuran 120 meter hingga 700 meter menuju orbit Bumi. Ketika pertama kali terdeteksi, asteroid itu berada dalam jarak sekitar 0,38 au (57 juta kilometer atau 35 juta mil) dari Bumi.

Asteroid itu mendekati Bumi dengan kecepatan sekitar 5 km/detik dan perlahan-lahan semakin mendekat. PDC 2021 diamati secara ekstensif selama seminggu setelah penemuan, dan seiring dengan bertambahnya kumpulan data pengamatan dari satu hari ke hari berikutnya, probabilitas dampak tabrakan makin meningkat.

Orbit asteroid 2021 PDC memiliki lintasan memanjang dari jarak 0,92 au dari Matahari pada titik terdekatnya hingga 1,60 au pada titik terjauh, tepat di luar orbit Mars. Au merupakan jarak rata-rata Bumi dari Matahari, 149.597.870,7 km atau 92.955.807 mil. Periode orbit asteroid itu adalah 516 hari (1,41 tahun) dan bidang orbitnya adalah miring 16 derajat ke bidang orbit Bumi.

"Pada 26 April 2021, hari pertama Konferensi Pertahanan Planet 2021, kemungkinan dampak telah naik menjadi sekitar 5 persen. Skenario lainnya akan dimainkan di konferensi," kutip skenario PDC.

Merujuk simulasi yang diunggah dalam laman NASA disampaikan bahwa tabrakan asteroid dapat terjadi di mana saja. Namun, berdasarkan skenario yang dijelaskan semua wilayah negara maupun benua berisiko terkena dampak potensial. 

"Jika asteroid berada pada lintasan tabrakan, probabilitasnya akan terus meningkat, mencapai setinggi 30 persen pada akhir minggu (Oktober), 70 persen pada minggu depan, dan 90 persen selama minggu berikutnya. Jika asteroid tidak berada pada lintasan tumbukan, probabilitas tumbukan mungkin masih meningkat untuk sementara tetapi pada akhirnya akan turun ke nol," kutip PDC.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ukuran 2021 PDC sangat tidak pasti, mulai dari yang paling kecil 35 meter hingga yang paling besar 700 meter. Perkiraan itu didasarkan pada kecerahan asteroid, perkiraan jaraknya, dan berbagai kemungkinan albedos (reflektivitas). Akibatnya, potensi dampak kerusakan dan risiko penduduk juga sangat tidak menentu.

Namun, skenario menyebutkan energi yang mungkin dilepaskan saat terjadi benturan dapat berkisar dari 1,2 Mt hingga 13 Gt (setara TNT). Bahaya utama adalah semburan udara yang menyebabkan tekanan ledakan berlebih yang mungkin mencapai tingkat yang tidak dapat dihindari.

"Ukuran area potensi kerusakan ledakan dapat berkisar dari lokal (beberapa kilometer) di ujung kecil pada kisaran ukuran asteroid yang mungkin, hingga regional (ratusan kilometer) di ujung besar," kutip PDC.

Mitigasi Bencana

Kendati hanya skenario fiksi, para astronom dan ahli meyakini jika potensi berbahaya dari hantaman asteroid bisa terjadi kapan saja. Untuk itu para ahli harus mempersiapkan berbagai perencanaan untuk mitigasi bencana sebagai respon cepat. 

Salah satu opsi pencegahan dengan meluncurkan misi Double Asteroid Redirection Test (DART) atau uji pengalihan asteroid menggunakan satelit yang mengorbit untuk diluncurkan ke asteroid. Tujuan misi itu dilakukan untuk mengubah jalur orbit asteroid yang akan bertabrakan dengan Bumi.

"DART akan menjadi tes pertama untuk pertahanan planet, dan data akan membantu para ilmuwan lebih memahami satu cara untuk mengurangi potensi berbahaya dari asteroid di masa depan," kata Andrea Riley, eksekutif program DART untuk NASA.

Di sisi lain, skenario dampak asteroid 2021 PDC juga memproyeksikan wilayah yang berisiko terkena dampak potensial. Sebaliknya, wilayah Bumi yang tidak termasuk dalam gambar, misalnya Australia dan Indonesia tidak berisiko.

Strategi penyelamatan warga Bumi juga diperhitungkan para ahli dalam konferensi PDC. Mengingat umat manusia di Bumi hanya punya sedikit waktu untuk menyelamatkan diri sebelum tabrakan asteroid terjadi. 

Layaknya film Greenland yang dibintangi Gerard Butler, ketika mendapati Bumi akan dihantam komet raksasa. Pemerintah juga telah menyiapkan bunker sebagai tempat pengungsian. 

Opsi untuk membangun bunker jadi salah satu hal yang diperhitungkan, ketika ada bencana skala global yang terjadi. Tentunya ada biaya besar yang harus dikeluarkan, sebelum kekacauan akibat bencana besar.