Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan tambang Brasil, CBMM, mulai menguji baterai berbasis niobium pada truk listrik Volkswagen. Baterai ini diklaim dapat diisi ulang jauh lebih cepat dibandingkan baterai lainnya di pasaran, seperti  diumumkan perusahaan itu pada  Rabu, 19 Juni.

CBMM, yang didukung oleh keluarga miliarder Brasil, Moreira Salles, dan juga menjalankan bank Itau Unibanco, berharap proyek ini dapat membantu mereka mencapai target pendapatan dari unit baterainya hampir sembilan kali lipat menjadi  100 juta dolar AS (Rp16,4 triliun) pada tahun 2026.

Perusahaan ini menjual produk niobium kepada produsen baja sebagai bisnis utamanya, tetapi CBMM telah berupaya mendiversifikasi sumber pendapatannya. Pada  Rabu, dalam sebuah acara di pabrik mereka di Araxa, CBMM meluncurkan prototipe baterai ion baru yang dikembangkan bersama Toshiba dan dibuat dengan lithium dan niobium.

Rodrigo Amado, manajer komersial eksekutif di divisi baterai CBMM, mengatakan kepada Reuters bahwa teknologi yang digunakan dalam baterai memungkinkan pengisian penuh dalam waktu sepuluh menit ketika digunakan pada bus listrik. Sebagai perbandingan, baterai konvensional memerlukan waktu tiga hingga delapan jam untuk pengisian penuh.

Untuk saat ini, produk tersebut akan diuji pada satu bus listrik dari Volkswagen Caminhoes e Onibus, unit Brasil dari divisi truk Volkswagen, Traton. Truk yang akan menerima uji coba ini memiliki jangkauan 60 kilometer (37,3 mil) dan akan membawa empat baterai.

CBMM menyatakan bahwa mereka berencana untuk menjual produk ini di pasar secepatnya tahun depan. Eksekutif dari perusahaan yang terlibat dalam proyek ini mengatakan bahwa baterai ini juga bisa memiliki masa pakai hingga tiga kali lebih lama daripada baterai konvensional, karena teknologinya beroperasi pada suhu yang lebih rendah.

Selain itu, penjualan mobil listrik baru di Uni Eropa mengalami penurunan tajam pada bulan Mei, menyoroti pentingnya inovasi baru seperti baterai berbasis niobium untuk menarik kembali minat pasar.