Bagikan:

JAKARTA- Palantir Technologies telah memenangkan kontrak senilai 480 juta dolar AS (Rp7,78 triliun) dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk pengembangan prototipe yang dikenal sebagai Maven Smart System, demikian diumumkan oleh departemen tersebut pada hari Rabu. Kontrak ini memperdalam keterlibatan penyedia analitik data tersebut dengan Pentagon.

Kontrak ini diperkirakan akan selesai pada Mei 2029 dan mengikuti pengajuan tawaran tunggal oleh Departemen Pertahanan. Sistem Maven dirancang untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber guna mengidentifikasi titik-titik kepentingan militer dan mempercepat pekerjaan analis intelijen, menurut deskripsi dari salah satu brigade awal tahun ini.

Maven Smart System adalah sebuah proyek prototipe yang dikembangkan oleh Palantir Technologies untuk Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Sistem ini dirancang untuk mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam analisis data militer. Berikut adalah beberapa aspek penting dari Maven Smart System:

  1. Pengumpulan Data dari Berbagai Sumber: Maven Smart System mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk citra satelit, video pengawasan, dan sensor lain yang digunakan dalam operasi militer.

  2. Identifikasi Titik Kepentingan Militer: Sistem ini memanfaatkan algoritma AI untuk menganalisis data yang terkumpul dan mengidentifikasi titik-titik kepentingan militer, seperti lokasi pasukan musuh atau peralatan militer penting.

  3. Percepatan Pekerjaan Analis Intelijen: Dengan menggunakan AI, Maven Smart System dapat mempercepat proses analisis yang biasanya dilakukan oleh analis intelijen manusia. Ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan akurat dalam situasi militer.

  4. Kontroversi dan Etika: Penggunaan AI dalam identifikasi target militer menimbulkan kontroversi, baik di kalangan pekerja teknologi yang enggan terlibat dalam proyek militer, maupun dari para kritikus yang khawatir tentang kurangnya pengawasan manusia dalam keputusan yang berpotensi mematikan.

Proyek Maven Smart System merupakan bagian dari upaya yang lebih luas oleh militer AS untuk mengintegrasikan teknologi canggih dalam operasinya, meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengumpulan dan analisis intelijen.

Penggunaan AI dalam identifikasi target militer telah memicu kontroversi di sektor teknologi. Beberapa pekerja tidak ingin membangun sistem untuk perang, dan para kritikus khawatir keputusan serangan mematikan mungkin akan memiliki pengawasan manusia yang minimal.

Palantir belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kontrak ini.