JAKARTA – Rocket Lab, perusahaan kedirgantaraan asal Amerika Serikat, akan meluncurkan satelit NEONSAT-1 dan ACS3 dalam misi Beginning Of The Swarm. Dua teknologi ini akan diterbangkan pada 24 April.
NEONSAT-1 dan ACS3 akan diluncurkan dari Rocket Lab Launch Complex 1 di Mahia, Selandia Baru menggunakan roket Electron. Meski tanggal peluncurannya sudah ditetapkan, jendela peluncurannya akan dibuka selama 14 hari.
Muatan utama Electron, NEONSAT-1, merupakan satelit yang akan digunakan untuk mengobservasi Bumi. Satelit ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Teknologi Satelit (SaTReC), bagian dari Institut Sains dan Teknologi Lanjutan Korea Selatan (KAIST).
Sebagai salah satu universitas terkemuka di Korea Selatan, khususnya di bidang sains dan teknologi, KAIST bertekad dalam membuat satelit optik beresolusi tinggi. Mereka pun telah berhasil meluncurkan satelit pertama pada 30 tahun yang lalu.
Kini, mereka membuat NEONSAT-1 untuk memantau bencana alam di sepanjang Semenanjung Korea. KAIST juga memasangkan gambarnya dengan Kecerdasan Buatan (AI) sehingga satelit NEONSAT-1 bisa jauh lebih baik dari satelit pertama yang mereka buat.
BACA JUGA:
Sementara itu, Advanced Composite Solar Sail System (ACS3) yang dikembangkan oleh NASA yang akan menjadi muatan sekunder di dalam roket Electron. ACS3 merupakan demonstrasi teknologi untuk menguji sistem propulsi layar surya.
Sama seperti perahu layar yang digerakkan oleh angin, ACS3 menggunakan tekanan sinar matahari sebagai penggerak. Meski tidak biasa, teknologi ini mampu menghilangkan kebutuhan bahan bakar roket konvensional jika berhasil digunakan.
Rocket Lab sangat mendukung misi peluncuran ACS3 dan NEONSAT-1. Menurut perusahaan tersebut, peluncuran NEONSAT-1 dan ACS3 dalam misi rideshare yang sama akan menguntungkan KAIST.
"Kami dapat memberikan KAIST peluang peluncuran dalam waktu singkat untuk membantu mereka mencapai orbit lebih cepat," kata CEO Rocket Lab, Peter Beck. "Merupakan suatu kehormatan untuk dapat bekerja dengan tim KAIST."