Studi AWS dan Access Partnership: Pekerja dari Empat Generasi Siap Mengadopsi Keterampilan AI
AWS dan Access Partnership membagikan studi mengenai dampak AI bagi pekerja (foto: Rana/VOI) 

Bagikan:

JAKARTA - Amazon Web Services (AWS) dan Access Partnership, perusahaan konsultan independen di bidang teknologi, membagikan hasil studi mengenai dampak Kecerdasan Buatan (AI) bagi industri. 

Disampaikan oleh Director Access Partnership, Abhineet Kaul, hasil studi menunjukkan bahwa 99 persen dari 1.600 pekerja di Indonesia memperkirakan bahwa tempat kerjanya akan menggunakan solusi atau tools berbasis Kecerdasan Buatan (AI). 

Sementara itu, 98 persen dari 500 perusahaan atau organisasi meyakini bahwa departemen Teknologi Informasi (IT) akan memperoleh manfaat dari AI. Mereka juga berharap teknologi ini bisa diterapkan di departemen riset dan pengembangan, keuangan, SDM, dan lainnya. 

"98 persen perusahaan mengatakan bahwa mereka akan memulai dari departemen IT, namun bukan hanya itu saja yang Anda lihat dari potensi transformasi AI. Itulah yang dievaluasi oleh perusahaan di berbagai operasi bisnis, penjualan dan pemasaran, keuangan, hukum, SDM di seluruh lini," jelas Abhineet di acara Media Briefing. 

Temuan lainnya yang dipaparkan oleh Abhineet adalah penggunaan AI untuk meningkatkan peluang karier. Studi tersebut menunjukkan bahwa para pengusaha bersedia membayar 36 persen lebih tinggi jika calon pekerjanya memiliki kecakapan AI. 

Sejalan dengan harapan beberapa pengusaha, 98 persen pekerja ingin memiliki kecakapan AI untuk meningkatkan efisiensi kerja, perkembangan dari segi intelektual, dan kemajuan karier yang jauh lebih pesat dibandingkan sebelumnya. 

Menariknya, keinginan ini datang dari berbagai generasi. Minat dalam mengembangkan pengetahuan AI ini dimiliki oleh 97 persen generasi Z (Gen Z), 98 persen generasi milenial, 93 persen generasi X (Gen X), dan 75 persen baby boomers. 

Abhineet mengatakan bahwa perkembangan AI ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga kawasan Asia Pasifik. Maka dari itu, penting bagi pengusaha dan pemerintah untuk membina para pekerja untuk memahami solusi dan tools dari teknologi AI. 

"(gelombang AI) mengubah cara bisnis beroperasi dan cara kita bekerja. Penelitian kami menunjukkan bahwa masyarakat secara keseluruhan akan mendapat manfaat dari peningkatan produktivitas, yang akan berdampak pada peningkatan gaji bagi pekerja terampil," kata Abhineet. 

Sementara itu, Head of Training and Certification ASEAN AWS Emmanuel Pillai mengungkapkan bahwa AI, khususnya AI generatif, menawarkan peluang yang tinggi bagi transformasi bisnis. Oleh karena itu, menciptakan SDM yang mengerti penggunaan AI merupakan nilai tambah bagi perusahaan dan negara. 

"Ini menunjukkan bahwa keterampilan AI sangat penting bagi tenaga kerja masa depan. Dari layanan keuangan hingga konstruksi dan ritel, berbagai industri mengadopsi AI dengan cepat. Itulah sebabnya mengapa tenaga kerja yang berkecakapan AI sangat penting untuk menciptakan budaya inovasi," ujar Emmanuel. 

Sejalan dengan kebutuhan pelatihan, AWS telah meluncurkan inisiatif AI Ready pada November tahun lalu. Melalui inisiatif tersebut, AWS berkomitmen untuk menyediakan pelatihan cloud secara gratis kepada 29 juta individu global pada tahun 2025.

Dengan diluncurkannya AI Ready, AWS menawarkan rangkaian kursus pelatihan AI dan AI generatif gratis yang disesuaikan dengan peran teknis dan non-teknis. Oleh karena itu, seluruh pekerja bisa mengembangkan keterampilan mereka.