JAKARTA - Para ilmuwan di balik Doomsday Clock menyatakan bahwa manusia masih berada dalam "waktu bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya." Jam simbolis ini, yang menunjukkan seberapa dekat dunia ini dengan kehancuran total, tetap pada 90 detik menuju tengah malam - titik teoretis dari pemusnahan.
Bulletin of the Atomic Scientists, yang menentukan posisi jarum jam, menyatakan bahwa ini adalah saat paling mendekati bencana global sejak dimulainya pada 1947 setelah Perang Dunia II.
Penelitian tahun 2023 ini mencatat bahwa konflik berkelanjutan di Ukraina dan Gaza, bersamaan dengan kemajuan teknologi buatan - yang banyak disebut sebagai perlombaan senjata nuklir baru - menjadi faktor utama dalam keputusan tersebut.
Rachel Bronson, presiden dan CEO Bulletin, menyoroti bahwa titik panas konflik di seluruh dunia membawa ancaman eskalasi nuklir, sementara perubahan iklim sudah menyebabkan kematian dan kerusakan. Kemajuan teknologi disruptif seperti kecerdasan buatan dan penelitian biologis juga berkembang lebih cepat daripada pengamanan mereka.
Meskipun Doomsday Clock tetap tidak berubah dari tahun sebelumnya, keputusan ini bukanlah indikasi bahwa dunia ini stabil. Sebaliknya, hal ini mendesak pemerintah dan komunitas di seluruh dunia untuk segera bertindak. Bulletin tetap berharap dan terinspirasi melihat generasi muda memimpin perubahan.
BACA JUGA:
Doomsday Clock sendiri didirikan oleh ilmuwan Amerika Serikat yang terlibat dalam Proyek Manhattan, yang menghasilkan senjata nuklir pertama selama Perang Dunia II. Jam ini merupakan hitungan mundur simbolis yang mencerminkan seberapa dekat umat manusia dengan bencana global yang lengkap. Meski pertama kali diciptakan sebagai representasi bahaya dari senjata nuklir, perubahan iklim mulai diakui sebagai faktor pada tahun 2007.
Keputusan mengenai posisi jarum jam didasarkan pada evaluasi risiko global saat ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan dalam konteks lebih dari 75 tahun eksistensi Doomsday Clock. Faktor utama tahun 2023 mencakup perang di Ukraina dan Gaza, perubahan iklim yang semakin merugikan, dan kemajuan dalam teknologi yang dapat membawa dampak signifikan terhadap kehidupan manusia.
Meskipun kondisi global menghadapi tantangan serius, Bulletin tetap optimistis melihat generasi muda sebagai pionir dalam perubahan yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan kelangsungan hidup dunia ini.