Bagikan:

JAKARTA – Institute of Management Development (IMD) dan TONOMUS menyadari bahwa perkembangan Kecerdasan Buatan (AI) memasuki tahap mengkhawatirkan. Pasalnya, beberapa AI bisa bekerja secara otonom. 

Teknologi ini disebut sebagai Kecerdasan Buatan Umum (AGI). Menurut IMD dan TONOMUS, AI yang beroperasi secara mandiri dan tidak memerlukan pengawasan manusia berpotensi membahayakan masa depan sehingga alat yang tepat sangat dibutuhkan. 

Oleh karena itu, IMD dan TONOMUS meluncurkan AI Safety Clock untuk mengatasi dampak buruk dari AI. Solusi berupa jam indikator ini dapat membaca seberapa tinggi risiko dari perkembangan AGI. AI Safety Clock bisa memberi peringatan jika AGI menjadi tidak terkendali. 

Solusi ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan diskusi yang membangun bagi publik, pembuat kebijakan, hingga pemimpin bisnis di bidang keamanan AI. Menurut IMD dan TONOMUS, AI Safety Clock dapat mendukung praktik keselamatan AI.

Michael Wade, Director Global Center for Digital Business Transformation IMD, menyatakan bahwa AGI memiliki empat fase risiko tidak terkendali, yaitu risiko rendah, sedang, tinggi, dan kritis. Jika membaca situasi AI saat ini, dunia sedang memasuki fase risiko tinggi. 

"Perkembangan AGI saat ini kita sedang beralih dari fase risiko sedang ke risiko tinggi. Ketika perkembagan AGI menjadi kritis dan tidak terkendali, hal itu akan menjadi musibah bagi umat manusia. Risikonya serius, tetapi belum terlambat untuk bertindak,” jelas Wade dalam keterangan yang VOI terima.

Sejalan dengan keadaan ini, Wade menjelaskan bahwa regulasi terhadap AI, khususnya AGI, sudah sangat diperlukan. Dengan membuat regulasi yang tepat, risiko buruk dari AGI bisa dicegah dan ancaman teknologi bagi manusia juga bisa diatasi. 

"Regulasi yang efektif dan terpadu bisa membatasi risiko terburuk perkembangan teknologi ini tanpa mengurangi manfaatnya. Untuk itu, kami menyerukan kepada para pelaku internasional dan perusahaan teknologi raksasa untuk melakukan pencegahan,” ujar Wade.