JAKARTA - Saham Digital World Acquisition (DWAC), perusahaan cek kosong yang akan membawa platform media sosial mantan Presiden AS, Donald Trump, ke pasar saham, melonjak ke level tertinggi dalam 19 bulan pada Senin 22 Januari. Ini dikarenakan Gubernur Florida Ron DeSantis mengakhiri pencalonan presidensialnya tahun 2024 di Partai Republik.
Saham tersebut naik 55% menjadi 41 dolar AS (Rp 642 ribu), mencapai level tertinggi sejak Juni 2022, setelah DeSantis pada Minggu, 21 Januari, menghentikan kampanyenya hanya dua hari sebelum pemilihan utama New Hampshire yang penting. DeSantis juga memberikan dukungan kepada Trump daripada calon potensial Republikan lainnya, Nikki Haley.
Digital World sekarang telah memiliki lebih dari dua kali lipat dalam lima sesi perdagangan terakhir karena mantan presiden tersebut mendapatkan momentum dalam upayanya menjadi calon Republikan pada pemilihan umum AS November nanti.
Saham platform berbagi video Rumble, yang populer di kalangan konservatif, melonjak 33% menjadi 4,77 dolar AS (Rp74,6 ribu) pada Senin 22 Januari, setelah mengumumkan kemitraan dengan perusahaan media Barstool Sports. Pengembang perangkat lunak Phunware, yang dipekerjakan oleh kampanye pencalonan kembali Trump pada tahun 2020 untuk membangun aplikasi ponsel, melonjak 40% menjadi 36 sen.
Digital World masih turun lebih dari setengah dari level yang terlihat pada Maret 2022 setelah penggabungan perusahaan dengan Trump Media & Technology Group, induk dari platform media sosial Truth Social, milik Trump, menghadapi berbagai penundaan sejak diumumkan pada Oktober 2021.
BACA JUGA:
Digital World Acquisition mengatakan bulan lalu bahwa mereka berharap menyelesaikan penggabungan dengan TMTG secepatnya, mungkin pada kuartal pertama.
Setelah lonjakan pada hari Senin, nilai pasar Digital World Acquisition mencapai 1,5 miliar dolar AS (Rp 23,4 triliun), sementara Rumble bernilai 1,3 miliar dolar AS (Rp 20,3 triliun), dan Phunware bernilai 121 juta dolar AS (Rp 1,8 triliun).
Trump berjanji untuk eksklusif menggunakan Truth Social setelah dilarang oleh Twitter setelah serangan pendukungnya pada 6 Januari 2021 di Capitol AS. Namun, ia kembali ke X.com, yang sebelumnya adalah Twitter, pada Agustus lalu setelah larangannya dicabut oleh pemilik baru, Elon Musk.