JAKARTA - Vodafone telah setuju untuk menjalin kemitraan 10 tahun dengan Microsoft guna membawa layanan kecerdasan buatan (AI), digital, enterprise, dan cloud kepada lebih dari 300 juta bisnis dan konsumen di pasar Eropa dan Afrika.
Perusahaan asal Inggris ini akan menginvestasikan 1,5 miliar dolar AS (Rp23,3 triliun) dalam pengembangan AI yang berfokus pada pelanggan dengan menggunakan teknologi Azure OpenAI dan Copilot milik Microsoft, serta akan menggantikan pusat data fisik dengan layanan cloud Azure yang lebih murah dan dapat diskalakan.
Microsoft, sebagai imbalan, akan menjadi investor ekuitas dalam platform IoT (Internet of Things) yang dikelola oleh Vodafone ketika dipisahkan sebagai bisnis mandiri pada bulan April, dan membantu memperluas platform keuangan seluler Vodafone di Afrika.
CEO Vodafone, Margherita Della Valle, yang berada di bawah tekanan untuk mengembalikan pertumbuhan laba grup, telah mengidentifikasi peluang untuk membantu bisnis melakukan digitalisasi, mencatat pada bulan Mei bahwa pasar yang dapat diakses bernilai 140 miliar euro (Rp2.380,6 triliun).
Ia mengatakan kesepakatan ini, yang ditandatanganinya dengan Chairman dan CEO Microsoft Satya Nadella, akan "mempercepat transformasi digital pelanggan bisnis kami, terutama perusahaan kecil dan menengah."
CFO Vodafone, Luka Mucic, mengatakan kepemimpinan Microsoft dalam AI, yang didukung oleh kemitraan dengan OpenAI, akan mengubah layanan pelanggan perusahaan telekomunikasi tersebut.
"Bagian inilah yang benar-benar akan menarik perhatian setiap pelanggan kami," katanya pada Selasa di blog Vodafone. Ia menambahkan bahwa chatbot TOBi yang didukung oleh AI Microsoft akan memberikan respons yang lebih konsisten dan cerdas terhadap pertanyaan.
Teknologi tersebut akan membantu staf layanan pelanggan Vodafone meningkatkan produktivitas dan kualitas percakapan mereka, perusahaan tersebut menyatakan, bukan menggantikan mereka dengan AI.
Judson Althoff, Chief Commercial Officer Microsoft, mengatakan kekuatan Vodafone dalam IoT dan layanan keuangan sangat penting secara strategis.
"Aset IoT sangat kritis untuk membantu kami mengatasi kebutuhan keberlanjutan begitu banyak pelanggan kami di sektor sulit diatasi," katanya.
BACA JUGA:
Microsoft menggunakan "digital twins" untuk memodelkan lingkungan manufaktur sehingga perbaikan proses dapat diuji di cloud.
"Stack IoT Vodafone memungkinkan kami masuk ke lingkungan tersebut, memodelkan lingkungan, membuat penyimpanan data berskala besar, dan menggunakan AI untuk membantu pelanggan mencapai tujuan keberlanjutan mereka," katanya.
Platform uang digital Vodafone, M-PESA, yang beroperasi di Kenya, Tanzania, Afrika Selatan, dan negara-negara Afrika lainnya, memiliki tujuan yang sama dengan Microsoft di wilayah tersebut, seperti membangun literasi digital.
"Kami senang membawa kemampuan generative AI untuk membantu pelanggan membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas," katanya.