Bagikan:

JAKARTA - Laboratorium kecerdasan buatan OpenAI mempublikasikan pos blog pada Senin 15 Januari untuk mengatasi kekhawatiran bahwa teknologinya akan ikut campur dalam pemilihan umum, di mana lebih dari sepertiga penduduk dunia bersiap-siap menuju tempat pemungutan suara tahun ini.

Penggunaan kecerdasan buatan untuk mencampuri integritas pemilihan telah menjadi kekhawatiran sejak perusahaan yang didukung oleh Microsoft merilis dua produk: ChatGPT, yang dapat meniru tulisan manusia dengan meyakinkan, dan DALL-E, yang teknologinya dapat digunakan untuk membuat "deepfake," atau gambar yang terlihat nyata namun dibuat secara palsu.

Yang merasa khawatir termasuk CEO OpenAI sendiri, Sam Altman, yang memberikan kesaksian di Kongres pada Mei bahwa ia "cemas" tentang kemampuan kecerdasan buatan generatif untuk mengompromikan integritas pemilihan melalui "disinformasi interaktif satu lawan satu."

Perusahaan yang berbasis di San Francisco tersebut mengatakan bahwa di Amerika Serikat, yang akan mengadakan pemilihan presiden tahun ini, mereka bekerja sama dengan Asosiasi Nasional Sekretaris Negara, sebuah organisasi yang berfokus pada mempromosikan proses demokratis yang efektif seperti pemilihan.

"ChatGPT akan mengarahkan pengguna ke CanIVote.org ketika ditanya pertanyaan terkait pemilu tertentu," tambahnya.

Perusahaan juga mengatakan sedang berupaya membuat lebih jelas kapan gambar-gambar dihasilkan oleh kecerdasan buatan menggunakan DALL-E, dan berencana untuk menempatkan ikon "cr" pada gambar untuk menunjukkan bahwa itu dihasilkan oleh kecerdasan buatan, mengikuti protokol yang dibuat oleh Koalisi untuk Kepastian dan Otentisitas Konten.

Mereka juga sedang bekerja pada cara untuk mengidentifikasi konten yang dihasilkan oleh DALL-E bahkan setelah gambar tersebut dimodifikasi.

Dalam pos blognya, OpenAI menekankan bahwa kebijakan mereka melarang penggunaan teknologinya dalam cara-cara yang telah mereka identifikasi sebagai berpotensi abusive, seperti menciptakan chatbot yang berpura-pura menjadi orang sungguhan, atau menghambat partisipasi dalam pemilihan.

"Mereka juga melarang DALL-E untuk membuat gambar orang sungguhan, termasuk kandidat politik," katanya.

Perusahaan ini menghadapi tantangan dalam mengawasi apa yang sebenarnya terjadi di platformnya.

Ketika Reuters tahun lalu mencoba membuat gambar Donald Trump dan Joe Biden, permintaan tersebut diblokir dan muncul pesan yang mengatakan bahwa itu "mungkin tidak mengikuti kebijakan konten kami."

Namun, Reuters dapat membuat gambar setidaknya dua belas politisi Amerika Serikat lainnya, termasuk mantan Wakil Presiden Mike Pence.