JAKARTA - Ketika AS dipimpin oleh Donald Trump, Huawei dimasukkan ke daftar hitam karena dituding melakukan aksi spionase. Beberapa kali Huawei menyanggah tudingan tersebut, namun hingga saat ini AS belum mencoret nama perusahaan raksasa teknologi asal China itu dari daftar hitamnya.
Setelah pergerakan Huawei dibatasi di lingkungan bisnis global. Perusahaan kesulitan mendapat pasokan chip dan berbagai komponen lain untuk produksi smartphonenya. Belum lama ini, Huawei dikabarkan melirik peluang bisnis di bidang lain yang tidak berkaitan dengan ponsel.
Huawei mencoba terjun ke bisnis pertambangan dan peternakan babi agar bisa mendapat penghasilan dari sumber lain. Tindakan Huawei ini merupakan buntut dari sanksi yang diberikan AS pada masa pemerintahan Trump. Waktu itu AS menuduh Huawei sebagai perusahaan teknologi yang mengancam sistem keamanan AS.
Tidak hanya itu, AS juga menuding Huawei telah mengirimkan informasi pengguna produknya ke pemerintahan Xi Jinping. Meskipun Huawei membantah berbagai tudingan tersebut, AS tidak mengubah pendiriannya.
BACA JUGA:
Sanksi yang dikeluarkan AS itu telah membuat Huawei mengalami kesulitan untuk mendapat pasokan komponen. Penjualan ponsel Huawei pun menurun tajam sekitar 42 persen di penghujung 2020 lalu.
Tidak hanya produksi smartphone saja yang menurun, Huawei juga kesulitan memperluas jangkauan jaringan 5G yang dikembangkannya. Beberapa negara, salah satunya Inggris menolak menggunakan jaringan 5G Huawei karena khawatir mengganggu stabilitas pertahanan nasional.
Melansir BBC, akibatnya perusahaan berupaya mencari sejumlah cara agar bisa memakai teknologinya. Sehingga Huawei memutuskan untuk memanfaatkan teknologi AI-nya untuk bisnis pertambangan batu bara dan bisnis ternak babi.